ARTICLE AD BOX
pendapatsaya.com, Jakarta Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi menyentuh nomor 8 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diproyeksikan tercapai pada tahun 2028-2029 mendatang.
Salah satu kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen adalah peningkatan investasi nan berorientasi ekspor dan berkelanjutan, selain variabel konsumsi. Untuk itu, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM pun membeberkan strategi mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Imam Soejoedi membeberkan terdapat empat perihal nan perlu dicapai pihaknya guna menciptakan pertumbuhan ekonomi 8 persen.
“Pertama, realisasi investasi di tahun 2024 nan sebesar Rp1650 triliun kudu dicapai dan saat ini sudah mencapai 76,45 persen dan kedua, beri percepatan serta kepastian waktu perizinan upaya bagi investor,” bebernya.
Imam mengungkapkan, perihal ketiga nan perlu dicapai adalah percepatan hilirisasi dengan menciptakan ekosistem di empat sektor utama seperti mineral batu bara, migas, pertanian, perkebunan, dan perikanan perlu dilakukan.
“Keempat, human capital development agar investasi nan masuk ke satu wilayah bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar, dengan begitu, bakal mendongkrak pendapatan per kapita kabupaten/kota/provinsi,” ungkapnya.
Dengan keempat perihal nan perlu dicapai tersebut, Imam optimis bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen bakal terjadi di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Mungkinkah Tercapai?
Ekonom Senior Indonesia, Raden Pardede menyebut bahwa sasaran pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa tercapai secara bertahap. Ia mengatakan, di tahun ketiga alias keempat, pertumbuhan ekonomi 8 persen mungkin bisa tercapai.
“Lima tahun ke depan menjadi kunci, jika kita kandas membangun esensial nan kuat, pertumbuhan nan sustain di nomor 5 persen, kita tidak bakal keluar dari middle income trap,” sebutnya.
Raden menyebut, Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata 7,4 persen di medio 1980-1990. Bahkan, dia menyebut, Indonesia pernah mencapai pertumbuhan mencapai 8-8,3 persen.
“Target pertumbuhan ekonomi 8 persen tidak mudah, tapi kita pernah mencapai itu,” sebutnya.
Untuk itu, Raden meminta pemerintah untuk melakukan beberapa perihal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen.
“Pertama, menciptakan lapangan kerja nan luas dengan menciptakan lapangan kerja sebesar 3-4 juta per tahun,” ujarnya.
“Dengan begitu, kelas menengah bakal meluas dan permintaan bakal peralatan meningkat, dampaknya bakal membuka investasi nan turut membuka lapangan pekerjaan kembali,” jelas Raden.
Peta Jalan Hilirisasi
Imam mengungkapkan, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM sudah mempunyai peta jalan guna menggaet investasi untuk hilirisasi.
“Kami punya peta jalan untuk 28 komoditas di empat sektor, itu sudah ada lokasi, bahan baku, pelaku usaha, teknologi, dan shortlist alias longlist, para investor,” ungkapnya.
“Dengan peta jalan tersebut, kami dukung penuh pengarahan Presiden Prabowo Subianto untuk menggencarkan hilirisasi dan segera dieksekusi serta implementasi,” jelas Imam.
Di sisi lain, Raden menilai bahwa hilirisasi tidak hanya sekadar membangun smelter belaka. Menurutnya, hilirisasi seperti itu kurang optimal lantaran tidak menyentuh peralatan nan dikonsumsi masyarakat secara langsung.
“Hilirisasi kudu difokuskan kepada peralatan nan dikonsumsi masyarakat langsung, jika separuh jadi, nilai tambahnya tidak optimal,” ujarnya.
Raden juga menegaskan, nilai tambah nan diperoleh dari hilirisasi nan optimal adalah pembuatan lapangan kerja nan luas.
Strategi Jaga Daya Saing
Imam mengatakan, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM menyebut bahwa Indonesia terus berbenah agar menggaet penanammodal di tengah ketegangan geopolitik dan geoekonomi dunia, khususnya antara AS dan China.
“Kekuatan ekonomi bumi ada di AS dan China, jika dua negara itu bersitegang, Indonesia bisa menjadi penjembatan di mana bakal membuka investasi lebih besar,” katanya.
Di sisi lain, Imam mengungkapkan, pihaknya juga terus melakukan percepatan perizinan, kepastian berusaha, beri jasa terbaik ke investor. Hal itu dilakukan guna mencapai sasaran investasi di 2025 nan mencapai 1.950 triliun.
“Untuk itu, kita perlu tampil beda untuk menarik kepercayaan investor,” ungkapnya.
Sementara itu, Raden menjelaskan, di tengah ketidakpastian global, Indonesia perlu melakukan perbaikan suasana upaya agar lebih atraktif untuk mengurangi akibat dan meningkatkan return investasi.
“Resep itu sudah ada di UU Ciptaker nan menekankan kepastian, kemudahan, dan percepatan, dengan begitu, akibat bagi penanammodal bakal berkurang,” jelasnya.
Tonton info selengkapnya di platform Vidio.com dengan klik di sini.