ARTICLE AD BOX
Harga emas Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada hari ini, Sabtu (28 Desember 2024), berada di angka Rp1.526.000 per gram di butik emas LM Graha Dipta Pulo Gadung. Angka ini mengalami kenaikan sebesar Rp6.000 per gram dibandingkan harga perdagangan sebelumnya. Sementara itu, harga buyback emas Antam tercatat turun Rp2.000 per gram menjadi Rp1.376.000 per gram.
Daftar Harga Emas Antam 28 Desember 2024
0.5 gr | 813,000 | 815,033 |
1 gr | 1,526,000 | 1,529,815 |
2 gr | 2,992,000 | 2,999,480 |
3 gr | 4,463,000 | 4,474,158 |
5 gr | 7,405,000 | 7,423,513 |
10 gr | 14,755,000 | 14,791,888 |
25 gr | 36,762,000 | 36,853,905 |
50 gr | 73,445,000 | 73,628,613 |
100 gr | 146,812,000 | 147,179,030 |
250 gr | 366,765,000 | 367,681,913 |
500 gr | 733,320,000 | 735,153,300 |
1000 gr | 1,466,600,000 | 1,470,266,500 |
Pergerakan harga emas Antam tidak selalu mencerminkan tren harga emas dunia. Pada penutupan perdagangan Kamis (26 Desember 2024), harga emas global tercatat naik 0,8% menjadi US$2.634,09 per troy ons, menurut data Refinitiv. Namun, keesokan harinya, Jumat (27 Desember 2024), harga emas terkoreksi tipis sebesar 0,13% ke level US$2.630,55 per troy ons.
Sepanjang pekan ini, emas dunia menunjukkan volatilitas signifikan, terutama pada Selasa (24 Desember 2024), saat ditutup di US$2.613,20 per troy ons. Meski demikian, harga emas masih berada di bawah puncaknya pada awal Desember sebesar US$2.717,93 per troy ons. Tren penurunan ini dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat dan penguatan indeks dolar.
Sejak awal 2024, harga emas telah melonjak hingga 28%, menjadikannya salah satu instrumen investasi yang diminati untuk melindungi nilai dari inflasi dan ketidakpastian global. Analis memperkirakan bahwa emas berpotensi menembus level US$3.000 per troy ons pada pertengahan 2025, seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven dan dukungan dari kebijakan bank sentral.
Seorang analis pasar, John Smith, menyatakan, "Emas tetap menjadi pilihan utama di tengah ketidakstabilan ekonomi global. Faktor geopolitik dan kebijakan moneter akan terus mendorong permintaan terhadap logam mulia ini."