Perhitungan Kerusakan Lingkungan Dalam Kasus Korupsi Timah Dinilai Perlu Ahli Yang Berpengalaman

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

pendapatsaya.com, Jakarta - Perhitungan kerusakan lingkungan nan diakibatkan dari aktivitas pertambangan timah dalam kasus korupsi timah sedang ramai jadi perbincangan netizen di sosial media.

Sejumlah orang nan mempertanyakan kebenaran dari kalkulasi nan dilakukan oleh Pakar Forensik Kebakaran Indonesia dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Bambang Hero Saharjo.

Bambang Hero menghitung, total kerusakan lingkungan sebesar Rp271 Triliun nan terdiri dari Biaya Kerugian Lingkungan (ekologis) Rp 183 triliun, Biaya Kerugian Ekonomi Lingkungan Rp75 Triliun, dan Biaya Pemulihan Lingkungan Rp 11 triliun.

Sejak Senin 6 Januari 2025 sampai Selasa (7/1/2025) perbincangan netizen mengenai dengan keraguan kalkulasi nan dilakukan Bambang Hero banyak menyorot perhatian penduduk X (Twiter).

Mulai dari Hastag #BambangHeroSalahHitung sampai #BambangHeroBiangKerok, dan #PerhitunganKasusTimahHalu sudah menuai belasan ribu komentar dan postingan. Akun @GalaSkyz menyampaikan kekesalannya kepada Bambang Hero.

"Kerugian negara dihitung asal-asalan kayak gini malah bikin ekonomi makin anjlok. #BambangHeroBiangKerok banget sih ini, nggak ada solusi jelas," tulis @GalaSkyz dikutip Selasa (7/1/2025).

Kemudian ada juga @Lailajaladin mengomentari dasar kalkulasi Bambang Hero nan digunakan sudah sangat lama dan mendorong DPR RI untuk turun tangan.

"Dasar laporan 2014 buat hitungan kerugian negara itu udah ketinggalan banget, BambangHeroBiangKerok harusnya lebih ahli dong, ga boleh asal klaim gini, masyarakat perlu sorong DPR buat turun tangan," tulis @Lailajaladin.

Selain itu, @dashasyarifah juga ikut kesaal lantaran Bambang Hero tidak transparan dalam menjelaskan nan dapat menurunkan kepercayaan publik.

"Ga bisa dianggep remeh sih, kudu butuh transparansi lantaran menyangkut kepercayaan publik dan finansial negara," tulisnya.

Pemilik akun @Fadeelrahmat juga menyampaikan aspirasinya dalam komentarnya nan mempertanyakan skill Bambang Hero untuk melakukan kalkulasi kerusakan lingkungan dari aktivitas pertambangan.

"Kok bisa prof kebakaran rimba ngurus tambang? beda banget ilmunya, udah gitu salah hitung lagi. Rugi negara dong," tulis @Fadeelrahmat.

Sidang lanjutan kasus dugaan korupsi Tata Niaga Timah dengan terdakwa crazy rich, Pantai Indah Kapuk, Helena Lim kembali digelar. Saksi mengungkap adanya penambangan terlarangan hingga pertemuan Harvey Moeis dengan perwira polisi.

Dalam Persidangan soal Bukaan Lahan

Sebelumnya dalam persidangan, 2 Ahli Geologi nan sekaligus mempunyai sertifikat Competent Person Indonesia (CPI) dihadirkan sebagai saksi ahli, ialah Albert septario tempessy dan Syahrul.

Syahrul mengungkapkan, bukaan lahan di tahun 2015-2022 hanya sebanyak 32,75 hektare. Berbeda dengan hitungan nan dilakukan Bambang Hero seluas 170.363 hektar.

Syahrul memberikan pemaparan komprehensif tentang kondisi pengetahuan bumi serta akibat aktivitas tambang nan mencangkup kajian info selama 4 bulan dari beragam sumber, termasuk studi literatur, wawancara dengan instansi, serta info satelit.

"Kami mau memaparkan hamparan timah di Provinsi Bangka Belitung itu 45,09 persen. 54 persen nan bukan pembawa timah," kata Syahrul dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus), Rabu 20 November 2024.

Hasil kajian awal, Syahrul menjabarkan, IUP PT Timah di Provinsi Bangka Belitung terbagi dalam 59 persen di Area Penggunaan Lain (APL), 40,17 persen di Hutan Produksi, dan 0,02 persen di Hutan Lindung.

Dalam proses analisisnya, Syahrul menggunakan gambaran satelit nan berbayar dengan resolusi tinggi 0,5 meter, kemudian membandingkan dengan nan cuma-cuma dengan resolusi 15 meter.

"Jadi kami membeli info lantaran kita tidak percaya 100 persen, kita membandingkan dengan apa nan berbayar. Jika beli, kita bandingkan. Ada perbedaan, tapi tidak terlalu signifikan, tetap lebih bagus nan bayar," papar Syahrul.

Lewat Citra Satelit

Dalam interpretasikan bukaan lahan melalui gambaran satelit, Syahrul membagi dalam 3 periode, ialah periode pertama sebelum tahun 2015, periode kedua tahun 2015-2022, dan periode ketiga setelah tahun 2022.

Periode pertama ditemukan bukaan lahan 213 hektar, kemudian periode kedua ditemukan bukaan lahan hanya 32,75 hektar, dan paling sedikit di periode ketiga sebanyak 20 hektar.

"Ini kami membandingkan bukaan lahan tersebut terhadap overlay dengan area hutan. Jadi ada bukaan nan di dalam area hutan. Ada nan di dalam APL area hutan," papar Syahrul.

Syahrul memberikan penjelasan, orang nan bukan ahlinya jika melakukan kalkulasi bukaan lahan timah, bakal mendapatkan kesulitan untuk membedakan antara bukaan lahan timah dan non timah.

"Di Bangka ada 9 formasi, kemudian di Belitung itu ada kurang lebih sekitar 10 formasi. Apa itu formasi? susunan itu adalah batuan nan terbentuk di sana di mana dia mempunyai jenis litologi nan berbeda," kata dia.

"Jadi bisa saja, jika kita lihat, mungkin warnanya putih, tapi nan putih itu bukan menandakan bahwa itu semua adalah jejak penambahan timah. Misalnya di warna putih, itu adalah jejak penambahan antara lain. Contohnya mungkin Pasir Silika Atau nan lain, Kaolin," tambah Syahrul.

Interpretasi Bukaan Lahan Tambang

Dalam interpretasi bukaan lahan tambang, Syahrul mengatakan, diperlukan pengalaman dan jam terbang nan tinggi agar tidak terjadi rancu dan info nan tidak valid.

"Ketajaman ini bisa diperoleh adalah, seseorang itu mempunyai pengalaman alias jam terbang, terutama di dalam suatu komoditas. Nah, tetapi sepintas, jika kita menggunakan nan free access, di sini kita bisa terjadi bias," papar Syahrul.

Dia menjelaskan, terlihat di sini nan pertama, adanya awan dan bakal menjadi rancu. Artinya, kata Syahrul, ini bisa diinterpretasi alias tidak. Kemudian nan kedua, terlihat di sini ada bukaan nan cukup besar.

"Menjadi pertanyaannya, area ini area bukaan tambang alias bukan? Nah, di sinilah nan dibutuhkan ketajaman, jam terbang untuk melakukan interpretasi," ucap dia.

"Coba kita beranjak ke sisi bagian nan berbayar. Nah, jika kita lihat nan berbayar, terlihat di sini perbedaannya, sangat signifikan," tandas Syahrul.

Selengkapnya