Respons Dpr Dan Mui Soal Wacana Libur Sekolah Sebulan Selama Ramadan

Sedang Trending 6 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, pendapatsaya.com --

Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian merespons wacana libur sekolah satu bulan penuh selama bulan Ramadan.

Hetifah mengatakan, wacana itu perlu dikaji dengan matang mengingat beragam akibat nan berpotensi muncul.

"Wacana meliburkan anak sekolah selama satu bulan saat bulan puasa mempunyai potensi akibat positif dan negatif nan perlu dipertimbangkan secara matang," kata Hetifah kepada wartawan, Selasa (31/12).

Hetifah menjelaskan, akibat positif dari libur selama sebulan penuh di antaranya memberikan ruang bagi siswa Muslim untuk konsentrasi beribadah.

"Mereka juga bisa memanfaatkan waktu untuk belajar kepercayaan lebih mendalam, mengikuti aktivitas sosial keagamaan di komunitas, alias mempererat hubungan keluarga," ucapnya.

Kendati begitu, wacana ini juga bisa menimbulkan akibat lain, ialah mengganggu almanak pendidikan.

"Di sisi lain, libur panjang dapat mengganggu almanak pendidikan, terutama dalam menyelesaikan kurikulum nan telah ditetapkan. Jika tidak ada solusi kompensasi nan tepat, seperti perpanjangan jam pelajaran alias tahun ajaran, siswa mungkin bakal kesulitan mengejar ketertinggalan," katanya.

Bukan hanya itu, Hetifah juga menilai rencana meliburkan sekolah selama satu bulan bisa membikin siswa non-Muslim merasa dirugikan. Pasalnya, siswa non-Muslim tidak menjalankan ibadah seperti nan dilakukan siswa Muslim sehingga selama satu bulan mereka kemungkinan menjadi tidak produktif.

"Bagi siswa non-Muslim, libur penuh selama Ramadan bisa menjadi waktu kosong nan tidak produktif, terutama jika mereka tidak mempunyai aktivitas pengganti nan dirancang khusus," ujarnya.

Hetifah menyarankan agar sekolah alias pemerintah menyediakan aktivitas opsional selama satu bulan bagi siswa non-Muslim jika mau menerapkan kebijakan libur ini. Program itu bisa berupa pendidikan tambahan hingga aktivitas seni.

"Misalnya, program pendidikan tambahan, aktivitas seni, alias olahraga nan tetap melangkah untuk mereka nan tidak menjalankan puasa. Dengan begitu, waktu mereka tetap dimanfaatkan dengan baik, tanpa kudu mengganggu kebijakan libur untuk siswa muslim," tutur Hetifa.

Tanggapan MUI

Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhammad Cholil Nafis saat berada di Kantor MUI, JakartaKetua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhammad Cholil Nafis mengatakan, wacana libur selama Ramadan perlu dikaji baik-baik. (pendapatsaya.com/Ramadhan Rizki Saputra) 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah Cholil Nafis juga ikut menanggapi wacana libur sebulan ini.

Menurutnya, wacana itu perlu dikaji lebih dalam lantaran tak semua siswa berakidah Islam. Unsur produktivitas siswa selama libur juga kudu jadi pertimbangan.

Cholil mengatakan, libur panjang selama bulan Ramadan sebenarnya telah diterapkan oleh sejumlah pesantren. Pasalnya, pesantren umumnya mempunyai kurikulum dan masa belajar nan beda dengan sekolah umum.

"Kalau sebagian pesantren sudah melaksanakan libur panjang apalagi seminggu sebelum Ramadan dan masuk seminggu setelah Ramadan. Hampir ya, 45 hari malah liburnya," kata Cholil kepada wartawan, Rabu (1/12).

"Tapi jika untuk umum saya pikir perlu menyesuaikan dengan kurikulum, ya kurikulumnya, di samping juga nan kedua tidak semuanya muslim. Tapi menurut saya itu tergantung kajian mana nan lebih bermanfaat, tetapi bukan liburnya, tetapi soal produktivitasnya," ucapnya.

Cholil pun mengatakan, sekolah sebaiknya tetap mengadakan aktivitas belajar mengajar selama Ramadan. Jika mau meningkatkan spiritual siswa Muslim, pendidik bisa menyertakan sejumlah aktivitas mengenai itu.

Ia berpandangan siswa bisa terbiasa untuk berpuasa selagi belajar. Dengan begitu, aktivitas belajar mengajar tak bakal mengganggu ibadah siswa.

"Karena sebenarnya orang berpuasa dengan belajar itu jika dibiasakan, tidak mengganggu. Tapi jika dimaklumi lantaran lapar dan seterusnya, maka menjadi tidak produktif oleh Nabi Muhammad SAW ya, pendidikan itu pada saat puasa tidak terganggu, apalagi ada peperangan di saat bulan puasa," tuturnya.

Menteri Agama Nasaruddin Umar sebelumnya menyampaikan wacana mengenai libur sekolah selama satu bulan penuh di bulan Ramadan.

Ia mengatakan, prinsip bulan Ramadan adalah bulan konsentrasi bagi umat Islam untuk beribadah. Karenanya, dia berambisi ibadah para peserta didik selama berpuasa tetap berkualitas.

"Nah, Ramadan kali ini kita berobsesi bakal gimana Ramadannya berkualitas, gimana membikin Ramadan berbobot ya, mulai dari anak mini sampai dewasa, kita memikirkan perspektif terhadap masyarakat di Ramadan itu," kata dia.

Libur selama Ramadan ini sendiri sudah bertindak di kalangan pondok pesantren. Oleh karena itu, dia berencana mengupayakan perihal ini di golongan sekolah umum.

(blq/asr)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya