ARTICLE AD BOX
Jakarta, pendapatsaya.com - Hasil risalah the Fed nan makin hati-hati dalam menentukan kebijakan ke depan menjadi tantangan bagi mobilitas rupiah pada Kamis hari ini (9/1/2025).
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,4% di nomor Rp16.190/US$ pada kemarin, Rabu (8/1/2025). Depresiasi ini menghapus penguatan sehari sebelumnya sebesar 0,04%.
Pelemahan rupiah kemarin menjadi respon terhadap sikap pelaku pasar nan wait and see menjelang hasil risalah the Fed Kamis awal hari tadi.
Dan, hasilnya pada FOMC Minutes semalam, risalah menunjukkan the Fed semakin mengkonfirmasi terhadap isyarat perlambatan laju cut rate tahun ini.
Mengutip dari risalah the Fed awal hari tadi "Pejabat Federal Reserve pada pertemuan bulan Desember mereka menyatakan kekhawatiran tentang inflasi dan akibat nan dapat ditimbulkan oleh kebijakan Presiden terpilih Donald Trump, nan mengindikasikan bahwa mereka bakal bergerak lebih lambat dalam pemangkasan suku kembang lantaran ketidakpastian"
Tanpa menyebut nama Trump, ringkasan pertemuan tersebut menampilkan setidaknya empat penyebutan tentang akibat perubahan dalam kebijakan imigrasi dan perdagangan terhadap ekonomi AS.
Sejak kemenangan Trump dalam pemilihan umum bulan November, Ia telah mengisyaratkan rencana untuk mengenakan tarif nan garang dan menghukum terhadap Tiongkok, Meksiko, dan Kanada serta mitra jual beli AS lainnya.
Selain itu, dia bermaksud untuk melakukan lebih banyak deregulasi dan deportasi massal.
Namun, sejauh mana tindakan Trump dan khususnya gimana tindakan tersebut bakal diarahkan menciptakan serangkaian ambiguitas tentang apa nan bakal terjadi, nan menurut personil Komite Pasar Terbuka Federal bakal memerlukan kehati-hatian.
"Hampir semua peserta menilai bahwa akibat kenaikan terhadap prospek inflasi telah meningkat," ungkap risalah tersebut.
"Sebagai argumen untuk penilaian ini, para peserta mengutip pembacaan inflasi nan lebih kuat dari perkiraan baru-baru ini dan kemungkinan akibat dari perubahan potensial dalam kebijakan perdagangan dan imigrasi."
Menurut perangkat CME Fedwatch Tool semakin menunjukkan kekuasaan dari probabilitas suku kembang the Fed bakal ditahan pada pertemuan bulan ini. Peluangnya sudah mencapai lebih dari 95%.
Hal tersebut membikin posisi the greenback makin kuat. Ini kemudian tercermin pada indeks dolar AS (DXY) nan kembali terbang ke atas level 109.
Kekuatan DXY ini kemudian menjadi tekanan bagi rupiah. Di pasar non-deliverable forward (NDF), merujuk info dari Google Finance, posisi rupiah terhadap dolar AS per 8 Januari 2024 pukul 20.00 WIB, makin ambles nyaris 1% dan dolar sudah menembus Rp16.237/US$.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal, dalam pedoman waktu per jam, pergerakan tetap dalam range sideways-nya, dengan posisi support alias potensi penguatan terdekat di level Rp16.000/US$, alias tepatnya Rp16.030/US$, nan didapatkan dari low candle intraday pada 18 Desember 2024.
Sementara untuk area resistance nan perlu diantisipasi sebagai wilayah pelemahan terdekat ada di Rp16.285/US$ nan merupakan high candle intraday pada 19 Desember 2024 lalu.
Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Melemah & IHSG Awal Pekan Ambruk Lebih Dari 1%, Ada Apa?
Next Article Rupiah Bangkit Usai Pemilu AS, Dolar Turun ke Rp 15.730