ARTICLE AD BOX
Jakarta, pendapatsaya.com --
Nelayan asal Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana Santoso (45) bertaruh nyawa menembus ombak demi menyelamatkan korban kapal tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali.
Penyelamatan dilakukan secara tak terduga. Awalnya, Santoso mengaku hanya berangkat melaut untuk memancing pada pukul 04.00 Wita. Saat berjarak sekitar dua kilometer dari pantai, Santoso mulai menurunkan jangkar. Tiba-tiba, dia mendengar bunyi samar-samar.
"Awalnya seperti biasa saya berangkat mencari ikan pukul 04.00 Wita. Tetapi sebelumnya belum tahu ada kapal tenggelam. Setelah berjarak 2 kilometer dari bibir pantai, saya mulai menurunkan jangkar untuk persiapan memancing," ungkap Santoso, mengutip pendapatsaya.com, Minggu (6/7).
Ia sempat ragu lantaran tidak percaya bunyi itu nyata. Namun, keraguan berubah menjadi kepercayaan saat seorang rekan nelayan datang menghampiri sembari membawa satu korban selamat. Rekannya menunjukkan bahwa KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali.
"Di sana saya baru percaya dan menyusuri laut untuk mencari asal bunyi tersebut. Dan mulai melakukan pencarian korban dan menyusuri asal bunyi nan tadinya saya dengar," ujar Santoso.
Meski sempat ragu lantaran ombak besar dan arus kuat, Santoso nekat menyusuri laut ke arah selatan. Usahanya membuahkan hasil, dia menemukan korban nan tetap memperkuat dengan jaket pelampung.
"Dari gelombang itu suaranya jauh lagi ke selatan. Berani-beranikan saja saya, telusuri gelombang jukung saya sampai mau terbalik. Akhirnya berjumpa satu orang pakai pelampung," katanya.
Santoso kemudian melanjutkan penyisiran dan menemukan satu korban meninggal dunia. Namun, dia memilih konsentrasi pada korban selamat terlebih dahulu.
"Kemudian menyisir ke tengah lagi berjumpa nan sudah meninggal, tetapi saya tidak naikkan dulu lantaran mengutamakan nan selamat. Saya cari lagi asal bunyi tersebut," lanjutnya.
Ia kembali berputar di tengah laut hingga menemukan dua korban, salah satunya sudah meninggal. Santoso meningkatkan kedua korban ke jukung. Namun, saat kembali ke titik awal untuk mengambil jenazah nan pertama ditemukan, korban sudah lenyap terbawa arus.
"Setelah saya kembali lantaran jarak pandang terbatas saya kehilangan satu jenazah tadi. Setelah menyusuri lagi saya berjumpa dengan satu korban lagi, jadi total ada tiga korban selamat saya bawa ke pinggir dan satu korban meninggal," jelasnya.
Korban pegang erat jenazah ayahnya
Yang membikin hati pilu, salah satu korban selamat nan tetap muda terus memeluk erat jenazah ayahnya di atas jukung.
"Katanya dia membawa travel, ayahnya dia selamatkan namun nahas meninggal bumi namun terus dipegang. Katanya jangan sampai ayah saya hilang, meski sudah meninggal pokoknya tetap bakal saya bawa. Di sana saya merasa sangat sedih mendengarnya," tutur Santoso.
Sementara itu, Saiful, rekan Santoso nan berada di perahu terpisah, menemukan satu liferaft berisi 12 orang. Meski ombak tinggi, Saiful nekat menarik perahu karet itu ke darat.
"Kami tidak sempat banyak berpikir. nan krusial selamatkan mereka dulu, meski ombak waktu itu besar sekali," kenang Santoso.
Para nelayan akhirnya sukses mengevakuasi seluruh korban ke darat. Mereka juga menemukan dua liferaft lain, namun dalam kondisi kosong.
"Saya temukan liferaft tetap saya tarik ke darat, rupanya kosong tidak ada korban di dalamnya. Dari tiga liferaft nan kami temukan, hanya satu nan berisi 12 orang korban selamat, dan salah satunya sudah dalam kondisi sangat lemah," bebernya.
Aksi heroik para nelayan ini pun jadi penopang angan di tengah kepanikan tragedi tenggelamnya kapal penyeberangan tersebut.
"Kami ini hanya nelayan biasa. Tapi jika ada orang di laut minta tolong, kami tak mungkin tinggal diam," tutup Santoso.
Baca berita lengkapnya di sini.
(tim/dal)
[Gambas:Video CNN]