ARTICLE AD BOX
pendapatsaya.com, Jakarta Langit sebagian besar wilayah Indonesia pada Jumat pagi (14/3/2025) diprediksi cerah, cerah berawan, dan berawan. Namun ada juga beberapa wilayah nan turun hujan intensitas ringan dan petir. Seperti itulah prakiraan cuaca Indonesia hari ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengungkapkan cuaca di sebagian besar kota-kota Indonesia pada siang hari kelak diprakirakan bakal turun hujan dengan ringan, di antaranya Banda Aceh, Bengkulu, Yogyakarta, Jakarta Pusat, Jambi, Bandung, Semarang, Pontianak, Palangkaraya, Pangkal Pinang, Mataram, Kupang, Kota Jayapura, Pekanbaru, Kendari, Palembang, dan Medan
Selain itu, wilayah nan bakal turun hujan petir Palembang.
Selanjutnya, malam hari nanti, cuaca Indonesia sebagian besar diprediksi berawan, cerah berawan, dan turun hujan berintensitas ringan, sedang nan bakal diprakirakan terjadi di wilayah banda aceh, banjarmasin, bandar lampung dan palembang.
Berikut info prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya nan dikutip pendapatsaya.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Banda Aceh | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Denpasar | Cerah Berawan | Cerah | Cerah |
Serang | Berawan | Berawan | Berawan |
Bengkulu | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Yogyakarta | Cerah | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Jakarta Pusat | Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Gorontalo | Cerah | Berawan | Berawan |
Jambi | Cerah | Hujan Ringan | Berawan |
Bandung | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Semarang | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Surabaya | Berawan | Berawan | Berawan |
Pontianak | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Banjarmasin | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Palangkaraya | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Sedang |
Samarinda | Berawan | Berawan | Berawan |
Tarakan | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Pangkal Pinang | Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Tanjung Pinang | Hujan Ringan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Bandar Lampung | Hujan Ringan | Hujan Sedang | Hujan Ringan |
Ambon | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Ternate | Berawan | Berawan | Berawan |
Mataram | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Kupang | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Kota Jayapura | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Manokwari | Cerah | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Pekanbaru | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Mamuju | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Makassar | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Kendari | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Manado | Cerah | Cerah | Cerah |
Padang | Berawan | Berawan | Berawan |
Palembang | Cerawan Berawan | Hujan Ringan | Hujan Petiir |
Medan | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Sedang |
Cuaca jelek belakangan melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Hujan nan terlalu masif membikin beberapa wilayah alami banjir seperti di Parengan, Tuban, Jawa Timur berikut ini. Banjir dengan arus deras di pemukiman penduduk membikin aspal mengelupas.
Banjir Kepung Jabodetabek Lagi, Apa Strategi Para Gubernur Baru?
Suasana panik terjadi di dalam Mal Mega Bekasi. Air bah tiba-tiba menerobos lantai dasar pusat perbelanjaan di Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa 4 Maret 2025 pagi.
Air deras nan masuk gedung membikin orang-orang berlari menyelamatkan diri ke lantai atas melalui tangga eskalator nan tidak bergerak. Sementara sebagian lainnya berupaya mengemasi barang-barangnya nan tetap bisa diselamatkan.
Kepanikan juga terlihat saat seorang penduduk nan nekat memindahkan mobilnya dari genangan banjir justru terseret arus sungai di Kampung Nawit, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Derasnya arus membikin pengemudi tidak bisa mengendalikan kendaraannya. Beruntung pengemudi bisa menyelamatkan diri, meski sempat terseret arus sungai.
Hujan deras nan terjadi sejak beberapa hari terakhir memang menyebabkan banjir parah di sejumlah wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada Selasa pagi. Di Jakarta, total ada 77 RT dan lima ruas jalan nan tetap tergenang hingga Selasa sore. Ketinggian banjir di Jakarta mencapai 120 centimeter alias setinggi dada orang dewasa.
Tak hanya Bekasi dan Jakarta, sejumlah wilayah di Tangerang, Banten dan Depok, Jawa Barat juga turut terdampak banjir akibat tingginya curah hujan dalam dua hari terakhir. Bahkan di area Puncak, Bogor, Jawa Barat, banjir bandang terjadi sejak Minggu 2 Maret 2025 lalu. Hujan deras juga memicu musibah tanah longsor di sejumlah wilayah.
Bencana hidrometeorologi nan terjadi di awal Maret 2025 ini menyebabkan sejumlah prasarana publik seperti jembatan hingga jalan rusak. Bencana juga menyantap korban jiwa.
Pemerintah melalui Kementerian Koordinator bagian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) berbareng jejeran langsung menggelar rapat koordinasi penanganan banjir di Jabodetabek. Menko PMK, Pratikno meminta kementerian, lembaga, dan pemerintah wilayah (pemda) merespons sigap penanganan musibah ini.
Pratikno mengingatkan bahwa Jabodetabek merupakan jantung nasional, sehingga setiap rumor nan muncul di wilayah ini berpotensi menjadi rumor politik. Oleh lantaran itu, krusial untuk menangani masalah seperti banjir dengan sigap agar tidak dimanfaatkan untuk kepentingan politik.
"Jadi Bapak-Ibu sekalian, ini kejadian banjir di jantung nasional, Jabodetabek. Mudah sekali rumor ini bakal bergelinding menjadi rumor nan sosial, rumor politik, dan seterusnya. Karena itu, minta untuk ditangani secara cepat-cepatnya, koordinasi adalah kunci," kata dia dalam rapat koordinasi, Jakarta, Selasa.
Pratikno juga menyampaikan bahwa kementerian dan lembaga terkait, seperti Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Pekerjaan Umum, hingga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kudu berkoordinasi dengan baik agar banjir dapat segera tertangani dan tidak mengganggu seremoni Idul Fitri.
"Kaitannya dengan pemulihan prasarana tadi Pak Kepala BNPB sudah menegaskan kita juga mendekati Idul Fitri. Jangan sampai juga kemudian satu dalam jangka pendek ini aktivitas masyarakat tidak segera pulih. nan kedua kelak menjadi satu masalah serius di waktu mudik," ujarnya.
Lebih lanjut, Pratikno menyatakan, pemerintah juga tengah melakukan operasi modifikasi cuaca sebagai strategi jangka pendek mencegah banjir akibat tingginya curah hujan. Apalagi cuaca ekstrem yang berpotensi meningkatkan intensitas hujan ini diprediksi bakal terjadi hingga 10-11 Maret 2025.
Pemerintah Harus Serius Urus Lingkungan
Hal nan sama juga disampaikan Pengamat Tata Kota, Nirwono Yoga. Dia meminta pemda se-Jabodetabek melakukan penataan tata ruang kotanya, terutama pembenahan permukiman nan berada di bantaran sungai dan sekitar.
"Pengerukan kali dan keberadaan tanggul tidak cukup untuk mengatasi banjir. Permukiman nan berada tepat di bantaran kali sebaiknya direlokasi ke Rusunawa terdekat, badan sungai dikeruk, diperlebar, dan dihijaukan," ujar Nirwono kepada pendapatsaya.com, Selasa.
Tak hanya itu, keberadaan sungai juga kudu didukung dengan optimasi situ, danau, embung, dan waduk (SDEW) nan sudah ada. Bahkan jika perlu, pembangunan SDEW ditambah untuk membantu menampung luapan air sungai, sehingga tidak membanjiri permukiman.
"Kawasan permukiman juga kudu menyediakan mulai dari sumur resapan di setiap laman rumah, taman lingkungan, untuk menyerap air, serta saluran air nan besar untuk menampung air hujan dan dialirkan ke SDEW terdekat untuk ditampung dan diserapkan ke dalam tanah. Semakin luas ruang terbuka hijau (RTH) dan SDEW, semakin besar keahlian tanah untuk menyerap air dan mengurangi genangan air," beber dia.
Nirwono juga meminta pemda merehabilitasi seluruh saluran air nan sudah tidak bisa menampung debit hujan. Saluran-saluran air di Kota kudu diperbesar dimensinya sesuai kelas jalan. Selain itu, saluran air juga kudu terhubung dengan SDEW terdekat untuk menampung luapan air hujan.
"Modifikasi cuaca krusial untuk mengurangi curah hujan tidak terlalu tinggi, tetapi tak menyelesaikan masalah banjir. Maka nan kudu dilakukan adalah langkah-langkah nan saya sebutkan di atas," ucapnya memungkasi.
Pengamat Lingkungan dan Perubahan Iklim dari Universitas Indonesia (UI) Mahawan Karuniasa juga sependapat, bahwa musibah banjir nan melanda sejumlah wilayah di Jabodetabek ini turut dilatarbelakangi persoalan tata ruang kota, termasuk pengelolaan lingkungan.
"Dalam pola ruang kudu jelas wilayah nan kudu dijaga sebagai area lindung nan diutamakan untuk menjaga tutupan rimba alias vegetasi, antara lain berfaedah untuk menjaga tata air, agar tidak ada erosi, longsor, dan banjir," ujarnya saat dihubungi pendapatsaya.com, Selasa.
Dia menegaskan, kegunaan lindung pada wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) harus diutamakan untuk mengurangi akibat longsor di hulu dan banjir di hilir. Tentu areal kanan kiri sungai juga kudu tetap dijaga ekosistemnya.
"Zona lindung dalam implementasinya kudu tegas dan konsisten dijaga untuk tidak digunakan kepentingan lainnya, seperti untuk budidaya, seperti pertanian, apalagi menjadi lahan terbangun seperti permukiman, villa, dan resort," kata Mahawan.
Lebih lanjut, dia juga menyoroti pertumbuhan jumlah masyarakat dan kepadatan kota nan terus meningkat. Belum lagi banyaknya permukiman yang berdiri di wilayah resapan air, ditambah dengan tersumbatnya sistem drainase oleh sampah menjadi perhatian besar.
"Jadi nan jelas pembangunan di wilayah hulu kudu dikendalikan, tidak susah untuk memperhitungkan gimana tutupan rimba dan vegetasi di suatu wilayah agar tidak terjadi banjir," katanya.
Apalagi perubahan suasana juga turut memperburuk situasi. Dengan Bumi nan telah melampaui suhu 1,5 derajat Celsius, hujan ekstrem diprediksi bakal semakin meningkat, memperburuk ancaman musibah alam.
“Pemerintah kudu lebih serius urus lingkungan, terutama saat ini bumi telah melampaui 1,5°C, lantaran hujan ekstrem bakal meningkat akibat perubahan iklim,” ujar Mahawan.
Karena itu, mantan Ketua Umum Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia Network) ini pun meminta para kepala wilayah nan baru saja dilantik untuk duduk berbareng mencari solusi penanganan banjir nan telah menjadi persoalan klasik di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
"Saya kira perlu duduk berbareng memandang situasi hulu-hilir, itu nomer satu, untuk membereskan soal tata ruang. Karena tata ruang itu kan per wilayah, ada provinsi Jawa Barat sendiri, Jakarta sendiri, dan kabupaten/kota juga tetap punya. Namun dalam perihal wilayah aliran sungai itu kan lintas wilayah," ucap Mahawan menandaskan.