Hari Pertama Perdagangan 2025, Was-was Rupiah Masih Rawan Melemah!

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Memulai tahun baru, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya masih rawan melemah mengingat banyaknya info genting nan bakal rilis. 

Adapun, menutup tahun 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sukses menguat di akhir perdagangan Selasa lampau (30/12/2024). Melansir info Refinitiv, rupiah ditutup pada level Rp16.090/US$, menguat 0,25% dibandingkan penutupan sebelumnya.

Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.170/US$ dan terjauh di posisi Rp16.040/US$ dan selama 2024 rupiah tetap melemah hingga 4,51%.

Seiring dengan penguatan rupiah, Indeks Dolar AS (DXY) alami pelemahan hingga 0,18% tepat pukul 15:00 WIB di posisi 107,93. 

Di sisi lain, pelaku pasar domestik tampak berhati-hati menjelang info ekonomi awal tahun, nan dapat memberikan sinyal lebih jelas tentang arah kebijakan moneter di 2025.

Pada hari pertama perdagangan, bakal rilis info laju Indeks Harga Konsumen (IHK)atau inflasi dan PMI manufaktur. Kedua parameter makro tersebut erat dengan daya beli masyarakat, sehingga info inflasi dan aktivitas manufaktur berpotensi menjadi penggerak pasar, serta reaksi pasar terhadap batalnya kenaikan tarif PPN 12%. 

Adapun, pendapatsaya.com menghimpun konsensus dari 13 lembaga dalam memperkirakan IHK pada periode Desember 2024. Hasilnya, IHK diproyeksi bakal naik alias mengalami inflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,47%. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diproyeksi bakal menembus 1,61%.

Konsensus pendapatsaya.com juga memperkirakan inflasi inti pada Desember 2024 bakal berada di 2,29% (yoy), merangkak dibandingkan November (2,26%).

Sebagai pembanding, inflasi pada periode November 2024 tercatat 0,30% (mtm) dan secara tahunan mencapai 1,55%. Sehingga, jika inflasi bulanan menembus 0,47% seperti dalam konsensus, itu bakal menjadi inflasi (mtm) tertinggi sejak Maret 2024 alias sembilan bulan terakhir.

Indonesia menghitung inflasi Desember (yoy) sebagai inflasi sepanjang tahun. Artinya, inflasi tahunan nan tercatat pada Desember juga menjadi inflasi pada tahun berjalan.

Jika inflasi (yoy) pada Desember 2024 mencapai 1,61% seperti dengan konsensus, inflasi sepanjang 2024 juga hanya bakal menyentuh 1,61%. Artinya, nomor itu bakal menjadi nan terendah dalam sejarah Indonesia.

Di sisi lain, pemerintah akhirnya mengumumkan penetapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% hanya untuk peralatan mewah dan untuk peralatan sehari-hari nan menjadi kebutuhan masyarakat umum dipastikan tidak terdampak PPN 12%.

Kategori peralatan mewah nan dimaksud tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 tahun 2023. Selain dari item-item nan tercantum dalam PMK nomor 15 tahun 2025, PPN nan bertindak tetap 11% merujuk pada penetapan sejak 2021.

Rincian mengenai jenis peralatan kebutuhan pokok dan peralatan krusial (Bapokting) diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2020 (Perubahan Perpres 71 Taun 2015) tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.

Sebagian besar jenis peralatan Bapokting telah diberikan akomodasi PPN, perlu ekspansi akomodasi untuk nan tetap terutang PPN.

Teknikal Rupiah 

Secara teknikal, dalam pedoman waktu per jam pergerakan rupiah tetap terlihat dalam tren pelemahan, resistance terdekat sebagai area nan patut diantisipasi jika terjadi pelemahan lanjutan ada di Rp16.280/US$ nan didapatkan dari high candle 19 Desember 2024. 

Sementara jika ada penguatan bisa dicermati support terdekat di Rp16.050/US$, nan didapatkan dari low candle intraday 18 Desember 2024. 

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS


CNBC INDONESIA RESEARCH 


(tsn/tsn)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Terus Melemah, Pasar Waspadai Ini

Next Article Kabar Baik Datang Dari AS, Rupiah Siap Menguat Lagi!

Selengkapnya