ARTICLE AD BOX
pendapatsaya.com, Jakarta Tuberculosis (TBC) menjadi salah satu penyakit nan dialami oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, beban kasus TBC di Indonesia per 2024 salah satu terbesar di dunia.
Berdasarkan info Global TB Report 2024, Indonesia menempati posisi kedua bumi dalam perihal beban kasus TBC setelah India. Diperkirakan terdapat 1.090.000 kasus TBC dan 125.000 kematian setiap tahun, nan berfaedah ada sekitar 14 kematian setiap jamnya.
Pada tahun 2024, ditemukan sekitar 885 ribu kasus TBC, dengan pengedaran nan menunjukkan bahwa 496 ribu kasus terjadi pada laki-laki, 359 ribu pada perempuan, serta 135 ribu kasus pada anak-anak usia 0-14 tahun.
Melihat info tersebut, pemerintah pun mengimplementasikan strategi penanggulangan TBC nan komprehensif, mulai dari penguatan komitmen pemerintah di semua tingkatan hingga peningkatan akses jasa kesehatan nan berkualitas.
Bahkan, Kementerian Keuangan menyiapkan anggaran Rp8 triliun untuk menyukseskan program penanganan TBC tersebut. Anggaran itu ditujukan untuk melakukan penemuan awal dan penemuan kasus TBC serta pengobatan hingga tuntas sebanyak 10,9 juta orang.
Tenaga Ahli Bidang Ekonomi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Fithra Faisal Hastiadi menilai bahwa program penanggulangan penyakit TBC dapat mengurangi beban klaim nan kudu ditanggung BPJS Kesehatan.
"Klaim kepada BPJS kesehatan itu, memang lebih banyak dari penyakit-penyakit nan sifatnya degeneratif. Artinya, ada peran kuratif dan preventif nan dijalankan pemerintah," ujarnya.
“Dalam perihal ini, pemerintah melakukan pendekatan ekonomi holistik, baik dari sisi hulu maupun hilirnya,” jelas Fithra.
Intervensi dari Hulu
Fithra menyebut, pemerintah sudah mendapatkan info potensi penyakit degeneratif, termasuk TBC. Ia pun menegaskan, pemerintah sudah bisa mengintervensi masalah tersebut dari hulu.
"Sehingga apa? Dia bakal menjadi tetap produktif. Itu nan utamanya, dia bisa tetap bekerja dan berfaedah untuk keluarganya. Sehingga income-nya tidak ambruk dan akhirnya pertumbuhan ekonomi jika kita lihat secara terukur, pasti bakal terbantu dengan itu," sebutnya.
Empat Langkah Hentikan Penularan TBC
Sebelumnya, Menteri Kesehatan, Budi G. Sadikin mengungkapkan, terdapat empat langkah krusial nan perlu dilakukan masyarakat agar tuberkulosis tidak terus menyebar.
"Pertama, temukan pasien. Kedua, segera minum obat. Ketiga, pengobatan kudu tuntas. Keempat, beri terapi pencegahan pada orang-orang nan berkontak erat dengan pasien," ungkapnya, Rabu (11/6/2025).
Di sisi lain, Menkes Budi juga menyebut, dua orang meninggal bumi akibat tuberkulosis alias TB setiap lima menit.
"Setiap lima menit ada dua (orang) nan wafat. Kita bicara di aktivitas ini, nan wafat lantaran TBC mungkin sudah 20 lebih," sebutnya.
Menkes Budi pun mengatakan, TBC merupakan penyakit menular nan sebenarnya bisa disembuhkan. Ia menekankan, kunci utama dalam pengendalian TB adalah penemuan awal dan pengobatan hingga tuntas.
“Masalahnya, selesainya (konsumsi obat) itu enam bulan. Minumnya setiap hari, pilnya banyak, lebih dari empat. Tapi kita sabar, tidak apa-apa daripada tidak sembuh,” katanya.