Saham Big Cap Ri Kembali Bergairah, Ihsg Balik Ke Level 7.100

Sedang Trending 5 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, pendapatsaya.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di area hijau pada akhir perdagangan Kamis (16/1/2025), di mana pasar merespons positif dari dipangkasnya suku kembang referensi Bank Indonesia (BI) kemarin.

IHSG ditutup menguat 0,39% ke posisi 7.107,52. Sejatinya, IHSG sempat mendekati level psikologis 7.200. Namun di sesi II hingga akhir perdagangan hari ini, penguatan IHSG terpangkas dan akhirnya hanya bisa bangkit ke level psikologis 7.100.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 17 miliar saham nan beranjak tangan sebanyak 1,6 juta kali. Sebanyak 289 saham menguat, 302 saham melemah, dan 209 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor properti menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini ialah mencapai 0,95%.

Sementara dari sisi saham, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG ialah mencapai 19,3 indeks poin.

Selain BREN, ada saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) nan juga menopang IHSG sebesar 11,3 indeks poin, kemudian saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 10,3 indeks poin, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 3,2 indeks poin.

IHSG bergairah setelah diturunkannya suku kembang referensi BI (BI-Rate), yakni sebesar 25 pedoman poin (bps) menjadi 5,75% kemarin. Ini adalah penurunan suku kembang pertama di tahun ini. Sebelumnya, BI memangkas suku kembang sebesar 25 bps pada September tahun lalu.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan ketika BI menurunkan BI Rate, ini sesuai denganstanceatau pandangan bank sentral 'prostabilityandprogrowth'. Ini pun sejalan dengan tetap terbukanya ruang penurunan suku bunga. Melihat dari momentumnya, BI menilai keputusan ini sudah sesuai dengan dinamika nan ada.

"Nah, waktunya tentu saja, sesuai dinamika nan terjadi di dunia dan internasional, Dan itu terus kami terus ulang-ulang dari bulan ke bulan," kata Perry, dalam paparan hasil RDG BI, Rabu (15/1/2025).

Perry pun mengatakan dinamika nan dipantau BI mencakup dinamika dunia dan dalam negeri. BI, katanya, sudah memperhatikan arah kejelasan kebijakan nan terutama ditempuh pemerintah AS dan Fed Fund Rate (FFR).

Perry mengatakan penurunan FFR pada tahun diyakini hanya sebanyak satu kali. Dari arah ini, BI bisa memperkirakan arah pergerakan dolar indeks (DXY).

"Bukan kami menunggu semuanya jelas tapi kan pengambilan keputusan kudu menunggu kepastian, meski belum jelas-jelas banget," paparnya.

Kedua, dari sisi domestik, BI mencermati bahwa inflasi dalam negeri cukup rendah dan bakal tetap rendah ke depannya. Dengan inflasi rendah, maka ruang penurunan suku kembang terbuka ke depannya.

Selain itu, BI percaya nilai tukar rupiah saat ini tetap stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya.

"Dan kami menakar nilai tukar itu sejalan dengan nilai fundamentalnya. Skenario nilai tukar sekarang dan ke depan konsistensi dengan pengendalian inflasi," ujar Perry.

Pertimbangan terakhir, kata Perry, adalah info survei ekonomi BI. BI memandang ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi lebih rendah pada tahun ini. Pelemahan ini telah muncul sejak kuartal IV-2024 nan diperkirakan bakal lebih rendah dari perkiraan.

"(Pertumbuhan ekonomi) 2024 sedikit lebih rendah dari 5% tapi di atas 5 ,1%. Tahun 2025, nan titik tengahnya 5,2% itu lebih rendah jadi 4,7%-5,5%. Jadi ini timing untuk penurunan suku kembang untuk menciptakan growth story nan lebih baik," ungkapnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global

Next Article IHSG Sentuh Rekor ATH Baru Usai Jokowi Reshuffle Kabinet

Selengkapnya