Sosiolog Soal Marak Psk Di Ikn: Banyak Pendatang, Wacana Lokalisasi

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, pendapatsaya.com --

Fenomena maraknya upaya prostitusi di sekitar wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan menjadi buah bibir beberapa waktu lampau hingga jadi perhatian Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar dan personil DPR.

Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono di kompleks parlemen, Jakarta, tengah pekan ini pun sudah meluruskannya bahwa praktik prostitusi itu ada di wilayah Sepaku yang berada di sekitar IKN. Dia bilang aparat, termasuk Satpol PP Penajam Paser Utara, pun sudah mengambil tindakan.

Merespons kejadian upaya lacur tersebut, Sosiolog dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Kalimantan Timur, Sri Murlianti mengatakan ada beberapa perihal nan menjadi faktor.

Dia mengingatkan praktik prostitusi sebenarnya bukanlah sebuah perihal nan baru di tengah masyarakat. Dan, mengenai wilayah IKN, dia bilang itu merupakan akibat sosiologis dari pembangunan dan lonjakan masyarakat pendatang.

"Prostitusi itu bukan perihal baru. Sejak era dulu, praktik ini selalu datang di tengah masyarakat, terutama di wilayah nan mengalami pertumbuhan cepat," ujar Sri mengawali penjelasan, Rabu (10/7) dikutip dari detikKalimantan.

Menurut Sri di sekitar wilayah itu juga--yang awalnya dikenal sebagai area perkebunan dan pertambangan--kemungkinan sudah ada praktik prostitusi. Namun, sambungnya, sebab masyarakat letak tersebut tetap sedikit dan kontrol sosial tetap kuat, praktik semacam itu relatif lebih terkendali.

"Sekarang, banyak pendatang nan datang tanpa keluarga, apalagi jauh dari pasangannya. Hasrat seksual itu naluriah, sementara kontrol sosial dan family jadi longgar. Itu nan bikin praktik ini marak," ucapnya.

Sri menyebut pendatang nan kebanyakan adalah pekerja laki-laki tanpa pasangan membikin permintaan terhadap jasa prostitusi meningkat. Kondisi ini bisa dikatakan jadi membikin abdi negara kewalahan.

Menurutnya masalah maraknya prostitusi memperlihatkan persoalan nan lebih kompleks. Sri memandang ini berangkaian dengan kualitas sumber daya manusianya.

"Ini bukan hanya soal hukum, tapi juga kultur dan kontrol sosial. Pemerintah kudu mengantisipasi sejak dini, bukan hanya bangun bentuk IKN, tapi juga membangun manusianya," kata dia.

Dugaan terorganisasi

Sri mengatakan praktik prostitusi di sekitar IKN bukan sekadar soal moral alias penyimpangan sosial. Ia menduga adanya praktik prostitusi nan terorganisir di wilayah sekitar IKN itu.

"Ini bukan sekadar 'perempuan nakal'. Di belakangnya ada struktur bisnis, ada perekrutan, pelatihan, dan perputaran seperti perusahaan jasa," katanya.

Ia mencontohkan beberapa letak di Kalimantan Timur seperti di wilayah Sekambing, KM 24 Poros Samarinda-Bontang, dan KM 13 arah Samarinda-Balikpapan, nan menurutnya menunjukkan pola pergerakan PSK seperti sistem kerja kontrak.

"Rata-rata pelakunya bukan penduduk lokal Kaltim. Mereka datang dari beragam wilayah dan berpindah-pindah sesuai permintaan," katanya.

Lokalisasi

Sri pun berbincang kemungkinan pengendalian prostitusi lewat lokalisasi unik di sekitar IKN. Meskipun dirinya tak setuju dengan lokalisasi, Sri menyebut secara teori itu mungkin dilakukan untuk meminimalisasi penyebaran praktik prostitusi liar.

"Memang dilema. Kalau dibiarkan liar, berbahaya. Kalau dilokalisasi, setidaknya bisa dibatasi dan diawasi. Tapi tentu dengan syarat ketat, tidak boleh diakses sembarangan apalagi oleh anak-anak," jelasnya.

Ia menegaskan meski dirinya tak sepenuhnya setuju dengan lokalisasi, namun jika dibandingkan dibiarkan liar, opsi itu bisa menjadi solusi paling realistis dari pilihan-pilihan buruk.

"Karena kita kudu realistis, praktik ini tidak bakal lenyap sepenuhnya. Minimal dikendalikan," ujar Sri.

Baca buletin lengkapnya di sini.

(kid/ugo)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya