ARTICLE AD BOX
Jakarta, pendapatsaya.com - Harga minyak mentah bumi terbang menembus level tertinggi selama tiga bulan terakhir alias sejak Oktober 2024. Efek stimulus China menjadi pendorong permintaan terhadap minyak.
Merujuk info Refinitiv, pada perdagangan Senin hari ini (6/1/2025) pukul 10.00 WIB, nilai minyak jenis Brent stabil di US$ 76,51 per barel. Pada waktu nan bersamaan, untuk jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,04% sejak pembukaan ke posisi US$ 73,93 per barel.
Jika menghitung dari penutupan sesi sebelumnya, nilai minyak Brent dan WTI terpantau sudah terbang selama lima hari beruntun.
Sentimen stimulus dari negeri Tirai Bambu nan digunakan untuk merevitalisasi konomi menjadi pendorong penguatan nilai minyak.
Pada Jumat lalu, pemerintah China mengumumkan bakal meningkatkan pendanaan dari obligasi pemerintah jangka panjang pada 2025 untuk memacu investasi upaya dan inisiatif untuk meningkatkan konsumen.
Pada hari nan sama, Bank Sentral China alias People's Bank of China (PBoC) juga mengatakan bakal memangkas rasio persyaratan persediaan bank dan suku kembang pada waktu nan tepat.
Hal ini kemudian membawa likuiditas nan bisa mendorong peningkatan permintaan bakal minyak. Sebagai catatan, China merupakan importir minyak terbesar di bumi dan konsumen terbesar kedua.
Sementara dari sisi pasokan, Goldman Sachs memproyeksikan produksi dan ekspor dari Iran bakal turun pada kuartal II tahun ini sebagai akibat dari perubahan kebijakan dan hukuman nan lebih ketat dari pemerintah Presiden AS, Donald Trump.
Dalam laporan Goldan Sachs tersebut, produksi minyak diperkirakan turun 300.000 barel per hari menjadi 3,25 juta barel per hari.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Gagal Reli Hingga Harga Emas & Minyak Anjlok
Next Article Harga Minyak Mulai Nanjak Pelan-Pelan, Akankah Berlanjut?