ARTICLE AD BOX
pendapatsaya.com, Jambi Pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu langkah strategis Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) agar restorasi gambut dan mangrove melangkah secara berkelanjutan.
BRGM bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mulai menjalankan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Gambut dan Mangrove. Kurikulum ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, hingga upaya mencegah rusaknya ekosistem gambut dan mangrove.
“Setiap pelajar adalah pemasok perubahan. Pendidikan lingkungan gambut dan mangrove menjadi solusi pelestarian restorasi gambut dan mangrove secara berkelanjutan," ujar Suwignya, Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove.
Dalam pelaksanaannya, BRGM bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memberikan pembelajaran intrakurikuler alias muatan lokal nan terintegrasi mata pelajaran maupun ko-kurikuler pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam perihal ini, Guru mempunyai peran krusial sebagai penyedia dalam memberikan pengetahuan bakal ekosistem gambut dan mangrove kepada para siswa.
Provinsi Jambi, menjadi salah satu pioneer dalam penyelenggaraan kurikulum muatan lokal, khususnya ekoliterasi gambut. Dikenal sebagai Bumi Melayu, provinsi Jambi mempunyai lahan gambut seluas 4,6 juta hektar nan rentan terbakar, namun selama 5 tahun terakhir provinsi Jambi bisa menurunkan nomor kebakaran lahan gambut nan cukup signifikan, dan diberikan apresiasi oleh BRGM sebagai wilayah representative restorasi gambut.
SMA 04 Tanjung Jabung Timur, telah menerapkan kurikulum muatan lokal gambut. Menurut Noperman, salah satu pembimbing nan terlibat aktif dalam kurikulum ini mengatakan perkembangan ekoliterasi di SMA 04 Tanjung Jabung Timur sudah berkembang dengan cukup baik. Para siswa juga antusias dengan adanya kurikulum gambut ini.
“Para siswa SMA 04 Tanjung Jabung Timur sangat antusias untuk mempelajari ekosistem gambut, lantaran mereka tinggal di wilayah gambut namun tidak tahu langkah restorasi gambut, menjaga dan mencegahnya dari kebakaran hutan. Selain itu, siswa-siswi SMA 04 Tanjung Jabung Timur ini sudah beberapa kali mengunjungi lahan gambut, memandang langsung apa saja nan telah dilakukan oleh BRGM dalam upaya merestorasi lahan gambut,” ucap Noperman.
Elemen Penting dalam Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Gambut dan Mangrove
Agar upaya ini dapat dikembangkan, para siswa kudu mempunyai keahlian untuk bekerja bersama, menunjukkan sikap positif terhadap orang lain, mempunyai keahlian melakukan koordinasi demi mencapai tujuan berbareng dengan mempertimbangkan keragaman latar belakang setiap personil golongan dan bisa merumuskan tujuan bersama, menelaah kembali tujuan nan telah dirumuskan, dan mengevaluasi tujuan selama proses bekerja sama.
Peserta didik juga didorong untuk menunjukkan produktivitas dalam menghasilkan karya dan tindakan nan orisinal berupa representasi kompleks, gambar, desain, penampilan, luaran digital, realitas virtual dan lain sebagainya.
Terdapat beberapa elemen-elemen nan kudu dipenuhi oleh peserta didik dalam kurikulum pendidikan gambut ini, ialah mereka kudu dapat memahami keterhubungan ekosistem bumi, menjaga lingkungan alam sekitar, menghasilkan pendapat nan orisinal, menghasilkan karya dan tindakan nan original, dapat bekerjasama dan melakukan komunikasi untuk mencapai tujuan bersama, serta tanggap terhadap rumor lingkungan sosial.
Dalam kurikulum gambut ini juga merancang beberapa aktivitas produktif dalam membikin produk olahan dari ekosistem gambut nan berbobot ekonomi secara berkelanjutan. Seperti membikin mie sagu unik riau dari lahan gambut, membikin selai nanas, membikin kerajinan keranjang dari pohon nibung (oncosperma tigillarium), tanaman unik Provinsi Riau simbol semangat persatuan dan persaudaraan, dan membikin perangkat peraga tentang kegunaan hidrologis gambut.
Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM, Suwignya Utama mengatakan aktivitas restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove tentunya tidak hanya perbaikan biofisik saja, namun kudu melibatkan beragam komponen masyarakat dalam pelaksanaannya.
"Kesadaran, dan kepedulian bakal kelestarian ekosistem gambut dan mangrove perlu dilakukan, sehingga dengan sendirinya masyarakat bakal memanfaatkan lahan gambut dengan memperhatikan kelestariannya,” ujar Suwignya.
Suwignya menekankan, generasi muda sebagai agent of change mempunyai peran nan sangat krusial dalam keberlanjutan restorasi gambut dan mangrove, harapannya melalui muatan kurikulum pendidikan lingkungan gambut ini meningkatkan kesadaran generasi muda untuk menjaga, dan memelihara kelestarian ekosistem gambut.
(*)