Anggota Tni Temukan Harta Karun Era Orde Baru Di Sukabumi

Sedang Trending 5 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, pendapatsaya.com - Sejumlah personil Tentara Nasional Indonesia (TNI) tanpa sengaja menemukan kekayaan karun saat mereka beriktikad mencari senjata bekas.

Kisah ini bermulai pada pertengahan 1946 saat pasukan TNI mengamankan wilayah perbatasan berjulukan Cigombong, Sukabumi, Jawa Barat nan sebelumnya pernah ditempati pasukan Jepang. Saat mulai mengamankan wilayah dan mulai menggali lahan, tentara tanpa sengaja pasukan tentara menemukan peti super besar. Peti itu kemudian diserahkan ke komandan brigade TNI, ialah Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang.

"Kami pernah diserahkan sebuah peti nan mulanya kami kira obat-obatan. Petinya besar sekali. Waktu dibuka rupanya isinya kondom," tutur Kolonel Alex Evert Kawilawang dalam A.E Kawilarang Untung Sang Merah Putih (1988:86).

Dari situ, inisiatif tentara berbareng rakyat untuk menggali-gali lahan di sekitar jejak letak Jepang muncul. Mereka berambisi bisa mendapat senjata buat melawan pasukan Belanda. Sayangnya, alih-alih mendapat senjata, mereka malah menemukan peledak nan tak lama meledak dan melukai TNI.

Namun, suatu waktu Kawilarang didatangi tentara berjulukan Sersan Mayor Sidik nan menemui guci besar. Sang sersan rupanya tentara jujur. Dia langsung memberikan guci itu ke Kawilarang. Padahal, jika gelap mata bisa saja Sidik membawa guci ke penadah agar bisa mendapat duit banyak.

"Sersan Mayor Sidik berbareng beberapa personil polisi tentara dan rakyat menemukan sebuah guci besar. Setelah guci itu dibuka, mereka menemukan kaus kaki nan berisikan peralatan keras. Kaos kaki itu mereka buka satu persatu. Mereka kaget memandang isinya emas permata dan permata nan sudah dicongkel-congkel gemerlapan," kutip kitab Haji Priyatna Abdurrasyid: Dari Cilampani ke New York (2001:102).

Saat guci itu berada di markas pasukan Kawilarang, beberapa orang tampak berselera kepada kekayaan karun itu. Kawilarang nan jengkel lampau ambil dua peti granat.

"Bapak-bapak mau berjuang lagi? ini untuk berjuang," kata Kawilarang kepada mereka sembari menyerahkan dua peti granat.

Ketika orang nan berselera pada kekayaan karun itu tetap terlihat penasaran. Kawilarang sekali lagi bicara berambisi agar orang nan berselera itu sigap pergi.

"Ini untuk berjuang!," tegas Kawilarang.

Soal kekayaan karun itu Kawilarang juga tidak beriktikad memilikinya, dia sempat menulis surat kepada Residen Bogor Moerdjani mengenai kekayaan dalam guci itu. Menurut Kawilarang kekayaan itu semestinya berada menjadi urusan pejabat kementerian dalam negeri seperti Residen nan ada di Bogor.

Namun, Residen bukannya menerima dan malah bilang kepada Kawilarang:

"O, jangan kepada saya. Kirimkan saja kepada Kementerian Dalam Negeri." Maksudnya kepada pejabat tinggi kementerian dalam negeri di pusat.

Demi keamanan kekayaan itu, Kawilarang segera memerintahkan kepada Letnan Godjali (dengan ditemani beberapa tentara muda) untuk menyerahkan kekayaan penemuan Sidik dkk itu ke pemerintah pusat RI nan berada di Yogyakarta. Emas dan permata itu sampai ke Yogyakarta dalam keadaan utuh. Di Yogyakarta emas itu diserahkan kepada kepada Mr Sumarman, Sekretaris Kementerian Dalam Negeri.

Nilai emas itu, menurut majalah Ekspres (29/09/1972), nyaris mencapai Rp 6 miliar. Detailnya, kekayaan karun itu berupa 7 kg emas dan 4 kg berlian, nan asalnya dari Perkebunan Pondok Gede, Bogor.

Berdasar laporan dari tim, kekayaan karun itu lampau diserahkan kepada Bank Negara Indonesia (BNI-46) di Yogyakarta nan kala itu dipimpin Margono Djojohadikusumo. 


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

"Pede" Harga Emas Bisa USD3000/Oz di 2025, Penambang Genjot Produksi

Next Article Laba Meroket Karena Harga Emas Terbang, Begini Performa Saham ANTM

Selengkapnya