Pemuda Di Malang Tusuk Pesilat Konvoi 'geber' Motor Hingga Tewas

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Malang, pendapatsaya.com --

Seorang pemuda di Kota Malang, FR (24 tahun), diduga menusuk personil pencak silat hingga tewas.

Aksi penusukan itu dilakukan lantaran pelaku terganggu rombongan pesilat nan sedang konvoi di Jalan Raden Panji Suroso, Kota Malang, Jumat (4/7) awal hari.

Kapolresta Malang Kota, Kombes Nanang Haryono mengatakan, kejadian itu bermulai saat puluhan pesilat nan konvoi sedang melintas di depan Perumahan Araya alias dekat Persada Hospital sekitar pukul 01.30 WIB.

"Awalnya ada rombongan konvoi dari salah satu perguruan silat, jumlahnya sekitar 200 orang. Mereka melewati Jalan Raden Panji Suroso dan saat itu di letak sudah ada empat orang nan sedang makan nasi goreng, termasuk pelaku berinisial FR (24)," kata Kombes Nanang, Jumat (4/7).

Rombongan konvoi pesilat itu kemudian menggeber-geber motornya. Warga nan terganggu bunyi ribut lampau protes dan berteriak.

Adu mulut pun tak terhindarkan, hingga FR menusuk salah satu pesilat dan melukai beberapa orang lainnya. Usai kejadian, pelaku sempat menjadi sasaran lemparan batu oleh massa.

"Korban MAS (18) penduduk Blitar, terkena tusukan di dada kiri hingga tembus paru-paru dan meninggal di lokasi. Korban lainnya, DA juga penduduk Blitar, mengalami luka sabetan dan dirawat di RSSA. Sementara RPS mengalami luka tusuk di dada dan paha kiri, juga dirawat di rumah sakit," ungkapnya.

Menurut polisi, pelaku FR melakukan penusukan saat berada dalam pengaruh minuman keras (miras). Dia sempat membuang senjata tajam nan digunakan dan berupaya bersembunyi. Namun empat jam setelah kejadian, polisi sukses menangkapnya.

"Namun dalam waktu kurang dari empat jam, sekitar pukul 05.00 WIB, pelaku sukses kami amankan di RSSA. Barang bukti pisau juga kami temukan di sekitar letak kejadian," ucapnya.

Dari hasil pemeriksaan, FR diketahui bekerja di salah satu perusahaan pembiayaan (finance) di Kota Malang. Ia dipastikan tidak mempunyai keterkaitan dengan perguruan silat manapun.

"Ini murni tindakan pidana oleh penduduk nan merasa terganggu lampau tersulut emosi. Pelaku membawa pisau nan disimpan dalam tasnya dan dalam kondisi terpengaruh miras," jelasnya.

Atas perbuatannya, FR dijerat Pasal 351 ayat 3 subsider ayat 2 Juncto 64 KUHP tentang penganiayaan nan menyebabkan korban meninggal bumi dan luka berat, dengan ancaman balasan maksimal tujuh tahun penjara.

Nanang menegaskan, pihaknya telah melakukan beragam langkah antisipasi terhadap konvoi pesilat nan melewati wilayah Kota Malang.

"Sudah kami sekat di beragam titik, sebagian kami suruh putar balik. Tapi euforia di jalan ini memang tidak bisa kami prediksi sepenuhnya. Di tempat-tempat tertentu kondisi aman, tapi di jalan umum hubungan dengan penduduk tetap jadi potensi gesekan," pungkasnya.

Mengaku memihak diri lantaran terancam

Sementara itu FR (24), penduduk Blimbing, Kota Malang, mengaku nekat melakukan penusukan terhadap pesilat nan konvoi lantaran merasa terancam.

Kepada kuasa hukumnya, FR mengungkapkan bahwa kejadian bermulai saat dia sedang minum minuman keras (miras) berbareng teman-temannya di warung nasi goreng milik rekannya.

Sekitar pukul 22.30 WIB, rombongan konvoi pesilat melintas dengan bunyi bising dan menutup jalan. FR mengaku sempat membiarkan.

Namun, sekitar pukul 01.30 WIB, konvoi kembali melintas dan berakhir di depan letak dan menggeber-geber motor hingga menggangu penduduk sekitar.

"Mereka bleyer-bleyer (menggeber-geber motor) depan dagangan. Aku teriaki, terus saya maju ke jalan. Tiba-tiba ada nan turun dan langsung mukul saya. Setelah itu dikeroyok, dilempari batu, jatuh saya," kata FR.

Dalam kejadian itu, FR mengaku hanya berempat berbareng temannya, sedangkan pihak konvoi disebutnya berjumlah belasan hingga puluhan dan menyerang terlebih dahulu.

Dalam kondisi terdesak itu lah, FR kemudian mengeluarkan pisau nan biasa dibawanya untuk menjaga diri saat bekerja di malam hari sebagai ojek online (ojol).

"Saya niatnya menakut-nakuti, tapi rupanya ada nan kena. Kalau saya diam, saya mati," kata FR.

FR sempat berupaya menyelamatkan diri dengan berlindung di sebuah penyimpanan berbareng temannya, lampau beranjak ke dalam mobil lantaran merasa tidak aman.

Ia juga mengaku selalu membawa pisau sejak pernah menjadi korban dibegal di wilayah Janti, Kota Malang saat narik malam hari.

"Sejak itu saya selalu bawa sajam, buat jaga-jaga," ucapnya.

(bac)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya