ARTICLE AD BOX
Jakarta, pendapatsaya.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles hingga 1% pada akhir perdagangan Senin (13/1/2025), di tengah adanya berita kurang menggembirakan dari Amerika Serikat (AS) di mana laporan pekerjaan terbaru dapat memudarkan angan penanammodal untuk pemangkasan suku kembang bank sentral AS dalam waktu dekat.
IHSG ditutup ambles 1,02% ke posisi 7.016,88. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG konsisten bergerak di area merah. IHSG condong mendatar sejak sesi I. Namun menjelang penutupan perdagangan hari ini, IHSG justru terkoreksi parah.
Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 11,4 triliun dengan melibatkan 16,2 miliar saham nan beranjak tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 234 saham menguat, 383 saham melemah, dan 186 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor industri dan finansial menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini ialah masing-masing mencapai 1,3% dan 1,21%.
Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa mendominasi penekan IHSG, dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi nan terbesar ialah mencapai 20,2 indeks poin.
Selain perbankan raksasa ada pula emiten daya baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan emiten 'raja otomotif' PT Astra International Tbk (ASII) nan memberatkan IHSG masing-masing sebesar 14,2 dan 7,9 indeks poin.
IHSG ambruk dipengaruhi oleh sentimen global, terutama akibat dari kenaikan dolar AS nan cukup tajam pada Minggu kemarin dan info laporan pekerjaan AS terbaru nan mengecewakan.
Indeks dolar AS (DXY) saat ini berada di level psikologis 109.
Sementara itu,data menunjukkan bahwa lapangan kerja AS bertambah sebanyak 256.000 pada Desember 2024, lebih tinggi dari ekspektasi para ahli ekonomi nan disurvei oleh Dow Jones, ialah 155.000.
Tingkat pengangguran, nan diproyeksikan tetap di 4,2%, turun menjadi 4,1% bulan itu. Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun melonjak ke level tertinggi sejak akhir 2023 setelah laporan tersebut dirilis.
Data ini dapat memudarkanharapan penanammodal untuk pemangkasan suku kembang The Fed dalam waktu dekat.
Di lain sisi, pasar juga menanti rilis info inflasi AS Januari 2025 nan bakal dirilis besok.Berdasarkan konsensusTrading EconomicsPPI AS pada Desember 2024 bakal mencapai 3,2% yoy, mendingin dibandingkan bulan sebelumnya ialah 3,4%.
Data inflasi AS bakal dipantau ketat oleh pasar mulai hari ini, lantaran dapat menjadisinyal kondisi daya beli masyarakat AS. Selain itu, info ini juga dapat menjadi sinyalkebijakan suku kembang The Fed di pertemuan selanjutnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global
Next Article IHSG Berakhir di Zona Merah, Tapi Masih Bertahan di Level 7.400