Ihsg Naik Lagi, Saham Bmri-bbri Jadi Penopang Terbesar

Sedang Trending 5 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, pendapatsaya.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali menguat pada perdagangan sesi I Senin (20/1/2025), di mana pasar condong mencermati pergerakan pasar dunia jelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,29% ke posisi 7.175,27. IHSG tetap berada di level psikologis 7.100 hingga perdagangan awal pekan ini.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5,9 triliun dengan volume transaksi mencapai 12,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 739.392 kali. Sebnayak 281 saham menguat, 283 saham melemah, dan 235 saham condong stabil.

Secara sektoral, sektor teknologi dan bahan baku menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini ialah masing-masing mencapai 1,65% dan 1,05%.

Sementara dari sisi saham, dua saham perbankan Himbara raksasa ialah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar IHSG ialah masing-masing mencapai 13,5 dan 10,2 indeks poin.

Selain BMRI dan BBRI, ada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) nan juga menopang IHSG masing-masing sebesar 6,9 dan 4,3 indeks poin.

Berikut saham-saham penopang IHSG di sesi I hari ini.

IHSG kembali menguat meski pasar tetap menanti pelantikan Presiden AS Donald Trump untuk masa kedudukan kedua pada siang hari ini waktu setempat.

Dalam konteks ini, pergerakan indeks saham utama di AS menunjukkan tren positif nan signifikan, terutama setelah laporan inflasi nan lebih rendah dari perkiraan.

Namun, ketidakpastian kebijakan Trump di bagian perdagangan dan ekonomi tetap menjadi sorotan utama bagi investor, baik di dalam maupun luar negeri.

Sejumlah lembaga dan analis pun sudah mewanti-wanti bahwa era Trump 2.0 bakal membikin bumi chaos karena kebijakan proteksionismenya. Dunia sudah mengalami pelajaran pahit di era Trump pertama (2017-2020) terutama saat perang bumi memanas pada 2018.

Dalam lanskap domestik, pasar saham Indonesia menghadapi tekanan berat. Tekanan terhadap pasar finansial sudah terasa sejak Trump terpilih pada pilpres. Sejak Trump terpilih 5 November hingga akhir pekan lalu, IHSG sudah jeblok 3,14%. Tekanan sangat berat juga terjadi pada awal hingga pertengahan Januari 2025.

IHSG ambruk 1,74% sepanjang 2 Januari hingga 14 Januari 2025, diperdagangkan di level 6.956,66. Ini mengingatkan pada pola serupa saat pelantikan pertama Trump pada 2017, ketika IHSG juga melemah akibat sentimen negatif terhadap kebijakan proteksionisme nan digencarkan Trump.

Imbal hasil US Treasury juga terbang dari 4,29% pada 5 November 2024 menjadi 4,62% ada akhir pekan lalu. Indeks apalagi sempat melesat ke 4,8% pada Senin pekan lalu.

Di pasar global, penguatan dolar AS menjadi salah satu aspek kunci. Kebijakan ekonomi pro-Amerika dan proteksionisme Trump telah memicu arus modal kembali ke AS, mendorong dolar AS ke level tertinggi sejak November 2022.

Kebijakan pro-dalam negeri Trump dikhawatirkan bisa kembali mengungkit inflasi AS sehingga The Fed bakal kesulitan memangkas suku kembang secara signifikan.

Sementara itu, pelaku pasar menunggu akibat kebijakan Trump terhadap perdagangan global, khususnya Asia. Trump telah berulang kali menegaskan niatnya untuk meningkatkan tarif perdagangan, terutama terhadap China.

Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran di pasar Asia, termasuk Indonesia, nan sempat mendapat ancaman pertimbangan status Generalized System of Preferences (GSP) pada 2018.

GSP, nan memberikan penghapusan bea masuk pada beberapa produk ekspor, menjadi salah satu penopang surplus perdagangan Indonesia dengan AS sebesar US$9,5 miliar.

Para analis memperingatkan bahwa tekanan terhadap rupiah dan IHSG tetap bakal bersambung jika kebijakan Trump memperburuk sentimen pasar.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyebut tiga akibat utama: tekanan terhadap nilai tukar rupiah, potensi arus modal keluar, dan ketidakpastian pasar keuangan.

Meski demikian, ada angan bahwa sentimen positif dari laporan untung perusahaan dan penguatan ekonomi domestik dapat memberikan support bagi pasar Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pendapatsaya.com Research. Analisis ini tidak bermaksud membujuk pembaca untuk membeli, menahan, alias menjual produk alias sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun untung nan timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global

Next Article IHSG Dibuka Ambles, Turun ke Level 7.335

Selengkapnya