Kkhi Daker Makkah Setop Beroperasi Per 2 Juli 2025, Bagaimana Nasib Jemaah Haji Yang Masih Dirawat Di Arab Saudi?

Sedang Trending 10 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

pendapatsaya.com, Jakarta - Operasional Klinik Kesehatan Haji Indonesia Daerah Kerja (KKHI Daker) Makkah berhujung pada Rabu, 2 Juli 2025, pukul 00.00 WAS. Sejak itu pula, seluruh pasien nan tetap dirawat di KKHI Makkah dipindahkan.

"Sudah tidak ada pasien di KKHI Makkah, semua sudah dievakuasi ke KKHI Madinah," kata dr. Edi Supriyatna, MKK, Kepala Seksi (Kasie) Kesehatan PPIH Arab Saudi merangkap Kepala KKHI Makkah dalam rilis nan diterima pendapatsaya.com, beberapa waktu lalu.

Meski begitu, tetap ada 40 jemaah haji nan dirawat di rumah sakit Arab Saudi (RSAS) hingga Selasa, 1 Juli 2025. Untuk itu, KKHI Makkah menyiapkan tim advance nan beranggotakan 17 orang nan bakal tetap menjalankan program visitasi bagi jemaah haji nan hingga saat ini tetap dirawat di RSAS.

"Visitasi ke RSAS bakal terus dilakukan. Kita monitor jemaah nan tetap dirawat sampai semua petugas kembali ke Tanah Air," sambungnya.

Menurutnya, semua jemaah haji nan hingga saat ini dirawat di RSAS tetap menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia hingga mereka dapat kembali ke Tanah Air. Untuk pelayanan rawat jalan di kloter, pemeriksaan penyakit didominasi oleh ISPA. Sedangkan untuk rawat inap, baik di pelayanan kesehatan sektor, KKHI, maupun RSAS, penyakit terbanyak adalah influenza dan pneumonia.

Optimalkan Visitasi ke Sektor

"Kami berambisi pemerintah Arab Saudi bisa mengakomodasi dan mempermudah pelayanan kesehatan jemaah di penginapan dan klinik negara penyelenggara ibadah haji, sehingga bisa tertangani dulu secara maksimal sebelum dirujuk ke RSAS," ucap dr. Edi.

Sejak kehadiran jemaah haji gelombang 2 di Makkah, Arab Saudi, pada 18 Mei 2025, KKHI Makkah telah melayani 526 jemaah, baik nan menjalani rawat jalan maupun rawat inap. Sementara, pelayanan kesehatan kloter telah melayani rawat jalan sebanyak 193.186 jemaah dan memberikan pelayanan tingkat lanjut dengan merujuk 1.164 jemaah ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).

"Mengikuti kebijakan pemerintah Arab Saudi tahun ini, KKHI lebih mengoptimalkan jasa visitasi ke sektor, penguatan jasa di kloter dengan menugaskan personel ke hotel nan tidak ada petugas kloternya, serta jasa rujukan ke RS Arab Saudi (RSAS) bagi jemaah nan memerlukan tindakan perawatan lanjutan seperti operasi, darurat darurat, dan sebagainya," dia menerangkan.

Sebagian jemaah haji nan sakit itu kemudian dipulangkan ke Tanah Air lebih dulu dengan skema tanazul. Sejak 26 Juni 2025 hingga kepulangan terakhir jemaah pada 10 Juli 2025 nanti, Klinik Kesehatan Haji Indonesia Daerah Kerja Madinah (KKHI Daker Madinah) mencatat 41 orang jemaah haji kembali ke tanah air dengan skema Tanazul.

Siapa nan Boleh Ikut Program Tanazul?

Tanazul merupakan program pemulangan jemaah haji melalui golongan terbang (kloter) nan berbeda dari kloter keberangkatan, lantaran argumen sakit dan kriteria laik terbang. Kondisi jemaah dalam program ini adalah jemaah sakit pasca-perawatan di RS Arab Saudi (RSAS) maupun KKHI Madinah.

Penanganan lebih lanjut di Indonesia menjadi argumen utama pemulangan mereka, baik bagi jemaah nan sudah tertinggal dari kloternya maupun nan perlu pulang lebih awal.

"Keamanan jemaah selama perjalanan menuju tanah air menjadi prioritas utama kami. Oleh lantaran itu, KKHI Madinah melakukan pertimbangan kesehatan menyeluruh untuk menentukan kelaikan terbang," ungkap Kasie Kesehatan sekaligus Kepala KKHI Daker Madinah, dr. Novitasari Nurlalila Bahramsyah, di KKHI Madinah, Jumat, 4 Juli 2025.

Penanggung jawab Evakuasi dan Tanazul, dr. Lia Agustina, MPH, menambahkan bahwa pertimbangan ini dilakukan oleh master penanggung jawab pelayanan alias master ahli terkait.

"Para tenaga medis tersebut juga melakukan peninjauan ulang untuk memastikan kebutuhan jemaah selama perjalanan, seperti kesiapan oksigen alias stretcher, terpenuhi," ujarnya.

Selengkapnya