ARTICLE AD BOX
pendapatsaya.com
Jumat, 04 Jul 2025 16:33 WIB

Jakarta, pendapatsaya.com --
Menko Kumham Imipas Yusril Ihza Mahendra menegaskan pemerintah Brasil tidak mengirimkan nota diplomatik nan mempertanyakan kejadian kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani, NTB, pada Kamis (26/6) lalu.
Hal tersebut disampaikan Yusril merespons berita adanya rencana pemerintah Brasil nan hendak menempuh jalur norma mengenai dugaan kelalaian dalam kasus kecelakaan Juliana.
"Pemerintah memastikan bahwa belum pernah menerima surat alias nota diplomatik apapun dari Pemerintah Brasil nan mempertanyakan kejadian kematian Juliana Marins," ujarnya dalam konvensi pers, Jumat (4/7).
Yusril menjelaskan rencana proses norma itu tidak berasal dari otoritas resmi Brasil, melainkan lembaga independen seperti Komnas HAM ialah Federal Public Defender's Office of Brazil (FPDO).
"Yang bersuara lantang atas kejadian kematian Juliana Marins ini adalah Pembela HAM dari The Federal Public Defender's Office of Brazil (FPDO), lembaga independen negara seperti Komnas HAM, nan mengadvokasi atas laporan kasus-kasus pelanggaran HAM di Brasil," ujarnya.
Lebih lanjut, Yusril menegaskan Indonesia juga tidak bakal bisa dituntut mengenai kasus kematian Juliana melalui jalur Inter American Commission on Human Rights (IACHR) seperti ancaman dari FDPO.
"Indonesia bukan pihak dalam konvensi maupun personil dari komisi tersebut. Setiap upaya untuk membawa negara kita ke sebuah forum internasional apapun ... tidak mungkin dilakukan tanpa kita menjadi pihak dalam konvensi," jelasnya.
Sebelumnya Advokat HAM dari FDPO, Taisa Bittencourt mengatakan otoritas Brasil tengah melakukan autopsi ulang kepada Marins setelah mendapat permintaan dari pihak keluarga.
Bittencourt menuturkan hasil autopsi ini bakal menentukan apakah otoritas Brasil bakal mengusulkan penyelidikan internasional atas kematian Marins alias tidak.
"Kami menunggu laporan (dari pihak Indonesia) dan setelah laporan ini sampai di kami, kami bakal menentukan langkah-langkah selanjutnya. Autopsi kedua ini adalah atas permintaan family Juliana," ujarnya dikutip media lokal Globo.
Marins meninggal bumi setelah terjebak empat hari di puncak Rinjani. Ia diperkirakan jatuh pada 21 juni sekitar pukul 06.30 waktu setempat.
Proses pencarian mulai dilakukan oleh tim SAR campuran di hari nan sama sekitar pukul 09.50 WITA. Namun hingga malam hari, tim tetap belum bisa menjangkau letak keberadaan korban.
Korban sukses ditemukan pada Senin sekitar pukul 07.05. Menurut kepala tim penyelamat, Marins dalam kondisi tidak bergerak Ketika ditemukan.
Namun, tim SAR juga tidak dapat segera mengevakuasi korban lantaran cuaca jelek dan medan nan ekstrem. Korban baru bisa dievakuasi pada Rabu (25/6) pagi pukul 06.00 WITA dengan metode lifting.
(tfq/dal)
[Gambas:Video CNN]