Angka Kematian Jemaah Haji Indonesia 2025 Lebih Rendah Dari 2024, 44 Orang Masih Dirawat Di Arab Saudi

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jadi intinya...

  • 446 jemaah haji Indonesia wafat, lebih rendah dari tahun 2024 (461 orang).
  • Mayoritas jemaah wafat laki-laki (61,2%), terbanyak dari Kloter Surabaya (92 orang).
  • KKHI Daker Madinah tutup, layani 241 jemaah dengan pneumonia, hipertensi, diabetes.

pendapatsaya.com, Jakarta - Hingga hari terakhir fase pemulangan gelombang II pada Kamis, 10 Juni 2025, tercatat 446 jemaah haji Indonesia wafat, terdiri atas 434 jemaah haji reguler dan 12 jemaah haji khusus. Angka tersebut lebih rendah dari 2024 nan mencapai 461 orang.

"Kita doakan mereka diterima kebaikan ibadahnya dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah subhanahu wa ta'ala," kata Ketua PPIH Arab Saudi Muchlis M Hanafi di Madinah, Kamis, 10 Juli 2025.

Merujuk info Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), kebanyakan jemaah haji Indonesia nan wafat adalah laki-laki dengan persentase 61,2 persen. Sisanya adalah perempuan.

Jemaah haji nan wafat kebanyakan dari Kloter Surabaya dengan 92 orang. Posisinya disusul oleh Kloter SOC (Solo) 54 orang dan JKS (Jakarta Bekasi) 52 orang.

Sementara hingga Jumat, 11 Juli 2025, jumlah jemaah haji nan dirawat di rumah sakit Arab Saudi (RSAS) adalah 44 orang. Jumlah itu berkurang dari info nan dipaparkan sebelumnya oleh Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah M. Lutfi Makki sehari sebelumnya, Ia merinci bahwa 29 jemaah haji Indonesia tetap dirawat di RS Arab Saudi di Madinah, 10 jemaah dirawat di RSAS di Makkah, enam jemaah di RSAS di Jeddah, dan satu jemaah dirawat di Riyadh.

Visitasi Pasien di RSAS

Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi dr. Mohammad Imran menyatakan bahwa 44 jemaah nan tetap dirawat inap di RSAS bakal terus divitasi oleh petugas PPIH meski jasa secara resmi berakhir beraksi pada Kamis, 10 Juli 2025. Visitasi pasien kemudian bakal dilanjutkan oleh tim Kantor Urusan Haji di Arab Saudi.

Selama 70 hari penyelenggaraan ibadah haji, sebanyak 1.710 jemaah haji dirawat inap di RSAS dengan pemeriksaan terbanyak adalah pneumonia, glukosuria melitus, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Sedangkan, mengenai kefarmasian sebesar 12.396 jasa dengan pemakaian obat terbanyak adalah tablet flu batuk kombinasi.

dr. Imran menyatakan bakal terus berkomunikasi dengan Kemenkes Arab Saudi setelah penyelenggaraan haji 2025 berakhir. Ia mengungkapkan bahwa Kemenkes Arab Saudi bakal datang ke Indonesia untuk memeriksa perincian persiapan jasa ibadah haji 2026. 

"Kami bakal menyampaikan catatan penyelenggaraan di tahun 2025, sebagai bahan pertimbangan berbareng sekaligus masukan bagi penerapan kebijakan Kemenkes Arab Saudi untuk pelayanan kesehatan jemaah haji nan lebih baik," tuturnya.

Penutupan Layanan KKHI Arab Saudi

Seiring kepulangan terakhir jemaah haji Indonesia Kloter KJT 28 ke Tanah Air pada 10 Juli 2025, seluruh rangkaian ibadah haji tahun 1446 H/2025 M juga berakhir. Begitu pula dengan jasa Kesehatan Haji Indonesia di Arab Saudi.

"Hari ini adalah penutupan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Madinah. Dengan demikian, seluruh pelayanan kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi telah berakhir beroperasi," tutur dr. Imran dalam sambutannya pada penutupan KKHI Daker Madinah, beberapa hari lalu.

Selama penyelenggaraan ibadah haji, KKHI Daker Madinah telah melayani 241 jemaah rawat inap dan rawat jalan. Tiga pemeriksaan penyakit terbanyak nan ditangani adalah pneumonia, hipertensi, dan glukosuria melitus.

dr. Imran mengingatkan kepada PPIH Bidang Kesehatan dan Tenaga Pendukung Kesehatan (TPK) agar senantisa berterima kasih sudah diberikan amanah dan memohon maaf di dalam melayani tamu Allah SWT. "Saat bekerja belum maksimal dalam melayani jemaah, kita kudu banyak-banyak memohon ampunan-Nya," pesannya.

Tantangan Pelayanan Kesehatan bagi Jemaah Haji Indonesia

Sebagai bagian dari perjalanan ibadah haji tahun ini, banyak hal-hal nan tidak terduga di dalam menjalani pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi.

"Beradaptasi dengan kebijakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Arab Saudi dengan info nan kurang jelas dari awal, di sini kita terkendala dalam bertugas. Izin operasional KKHI terbatas pada rawat jalan dan jumlah klinik sektor juga dibatasi jumlahnya," jelas dr. Imran.

Dengan izin operasional belum keluar, tim KKHI Makkah dan Madinah menyiasati jasa dengan membuka pos kesehatan satelit di pemondokan. Dengan kebijakan saat ini, jasa kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi tidak bisa melayani sampai izin terbit dan seringkali disidak.

Meskipun demikian, dia berterima kasih jasa kesehatan haji Indonesia di KKHI Makkah dan Madinah tetap bisa terlaksana untuk melayani jemaah. Salah satunya adalah program tanazul nan melangkah dengan lancar dan baik berkah komunikasi nan baik antar-berbagai pihak.

"Saya memandang program tanazul, alhamdulillah tidak ada nan berakhir di tengah jalan. Pasien jemaah tanazul, alhamdulillah selamat sampai di Indonesia, meski kudu mendapatkan perawatan lanjutan," ujarnya.

Selengkapnya