ARTICLE AD BOX
Sleman, pendapatsaya.com --
Dua unit Sekolah Rakyat (SR) Menengah Atas nan dikelola Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta di Sonosewu, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul (SR 19) dan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman (SR 20) mulai resmi beroperasi, Senin (14/7) pagi.
Berdasarkan pantauan di SR 19 nan berlokasi di Gedung Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso, kompleks Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Kemensos, ratusan siswa nan telah datang langsung diarahkan mengikuti rangkaian cek kesehatan.
Mereka juga disiapkan untuk mengikuti aktivitas olahraga, seperti pemanasan dan lari pagi 1,6 km mengitari kompleks sebagai rangkaian pemeriksaan kesehatan.
Sementara itu, para orangtua alias wali siswa nampak menunggu anak-anak mereka nan mulai pagi ini juga bakal melakoni seluruh aktivitas pendidikan model asrama.
Sutini (36), salah seorang orang tua siswa asal Gunungkelir, Jatimulyo, Kulon Progo, merasa terbantu dengan adanya program SR ini. Dirinya yang berprofesi sebagai petani dan tak ada penghasilan lain selain dari bercocok tanam.
Sutini sebenarnya cemas anaknya bakal mulai tinggal di asrama, meski ini bukan pengalaman pertama. Tapi dia percaya anaknya bisa melalui semua tantangan di SR nantinya dan jadi angan baru bagi keluarga.
"Saya percaya sama anak saya," tegas Sutini.
Kurnia Vita Anggarani, asal Imogiri, Bantul, salah seorang siswa SR 19 mengungkapkan bersedia menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat salah satunya demi mengurangi beban orangtua.
"Bapak (profesi) kuli pasir di Sleman, ibu di Srumbung (Kab. Magelang) bikin bakso," kata Kurnia.
Kurnia pribadi merasa sedih tak bisa lagi dekat dengan family lantaran kudu menjalani kehidupan berasrama pagi ini. Bagaimanapun, semua itu dia tempuh demi meraih cita-citanya.
"Pengin kuliah, cita-cita di UGM," katanya.
Kepala Dinas Sosial Pemda DIY, Endang Patmintarsih mengatakan SR 19 Sonosewu menampung 200 siswa, sedangkan SR 20 sebanyak 75 siswa. Seluruhnya terseleksi melalui Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN), diikuti dengan survei langsung ke lapangan.
"Hari ini kita sudah bisa melaksanakan penerimaan siswa untuk cek kesehatan dan juga kelak dilanjut dengan pengenalan lingkungan selama 2 bulan," kata Endang.
Para siswa ini bakal dibagi ke dalam setiap rombongan belajar (rombel) berjumlah masing-masing 20 siswa. Sembari masa pengenalan lingkungan (mapenaling) bergulir, murid-murid mulai mendapatkan pendidikan karakter di samping pendidikan reguler dan peningkatan keterampilan.
Selama tinggal di asrama, para siswa memperoleh beragam fasilitas, termasuk kebutuhan pangan serta sandang. Ada pula unit komputer PC, komputer jinjing (laptop) juga tablet untuk menunjang proses belajar.
"Pokoknya dari ujung kaki sampai ujung rambut itu semua diberikan oleh pemerintah. Semua buku, seragam, kemudian ransel, makan sehari tiga kali, ada snack dan lain sebagainya. Semuanya, pokoknya, dari sepatu semuanya jika perempuan, ada pembalut segala," tutur Endang.
Puluhan casis mengundurkan diri
Endang juga mengungkapkan soal adanya puluhan calon siswa (casis) nan mengundurkan diri selama masa pendaftaran dua unit SR ini. Total 29 casis memilih mundur lantaran argumen beragam.
"Mereka satu, tetap kepingin di sekolah umum. Kedua alasannya, saya nggak bisa main kelak dengan teman-teman, nah itu nan menjadi, ini perlu masyarakat diedukasi memang. Jadi memang tidak mudah anak-anak dipindahkan dari lingkungan mereka masuk ke sekolah boarding school ini," papar Endang.
Berkurangnya siswa akibat casis mengundurkan diri sudah langsung diisi dengan casis lainnya sehingga diperoleh nomor nan sekarang.
Endang menekankan, pada prinsipnya program SR ini merupakan komitmen pemerintah dalam pemerataan akses pendidikan bagi anak-anak Indonesia, sekaligus upaya memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi.
"Mudah-mudahan anak-anak ini kelak bakal bisa mengangkat derajat orang tuanya. Untuk mereka, boleh sekarang mereka dalam segi ekonomi mereka miskin, tapi secara mental, Insyaallah, kelak melalui jenjang Sekolah Rakyat ini, mereka bisa menjadi anak-anak tangguh, bermental handal untuk meraih cita-citanya, untuk masa depan mereka, juga untuk kebanggaan orang tua dan bangsa," katanya.
Staff Ahli Gubernur DIY, Didik Wardaya menambahkan, kedua SR nan beraksi hari ini tetap menggunakan letak sementara. Nantinya keduanya disatukan di gedung permanen wilayah Moyudan, Sleman.
Sementara itu berasas pantauan, di SR 19, sekolah ini mempunyai 10 kelas dari A-J untuk setiap jenjangnya. Di dalam juga terdapat laboratorium fisika, kimia dan biologi.
Sedangkan di bagian asrama, ada tempat tidur tingkat nan jumlahnya menyesuaikan luasan ruangan. Disediakan pula lemari buat siswa serta beberapa kipas angin tembok di setiap ruangan.
(kum/isn)
[Gambas:Video CNN]