ARTICLE AD BOX
Jakarta, pendapatsaya.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses melesat hingga 1% pada perdagangan sesi I Rabu (22/1/2025), di mana pasar menanti kebijakan nan bakal diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan berita dari revisi patokan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di dalam negeri.
Per pukul 09:31 WIB, IHSG sukses melesat 1,01% ke posisi 7.100,93. IHSG sukses pulih ke level psikologis 7.100, setelah kemarin terkoreksi ke level 7.000-an, apalagi ke level 6.900-an.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 1,8 triliun dengan volume transaksi mencapai 3,5 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 258.826 kali.
IHSG sukses melesat setelah adanya berita bahwa penerapan kebijakan Tarif jual beli Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ditunda.
Penerapan tarif 25% atas peralatan impor dari Meksiko ditunda hingga sekitar satu bulan setelah pembicaraan dilakukan Trump dengan para pemimpin kedua negara, nan semestinya menjadi sekutu dekat AS itu.
Pengumuman Kanada diberikan Perdana Menteri (PM), Justin Trudeau setelah panggilan telepon dengan Trump. Turdeau berjanji melakukan penguatan perbatasan untuk menghentikan penyeberangan migran dan obat-obatan terlarang.
Penundaan ke Meksiko juga diumumkan Presiden Claudia Sheinbaum. Sama seperti Kanada, Meksiko juga bakal mengirimkan 10.000 tentara ke perbatasan untuk menghentikan penyebaran fentanil. "Percakapan nan baik dengan Presiden Trump, (dilakukan) dengan penuh rasa hormat terhadap hubungan dan kedaulatan kita," ujarnya.
Di lain sisi, info aktivitas manufaktur RI nan makin pulih juga menjadi sentimen positif bagi IHSG pada hari ini.
Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia menunjukkan keahlian nan impresif di mana terjaga pada level ekspansif apalagi meningkat ke level 51,9 pada Januari 2025 dari sebelumnya di level 51,2 pada Desember 2024.
Level ini tercapai di tengah penurunan pada kebanyakan PMI Manufaktur di area Asia Tenggara seperti Myanmar, Vietnam, Filipina, dan Thailand nan sekaligus mendorong sedikit penurunan pada PMI Manufaktur ASEAN.
Stabilitas permintaan pasar dan ekonomi secara keseluruhan terutama di dalam negeri diindikasi menjadi aspek pendorong tercapainya keberhasilan tersebut. Tercatat, perusahaan nan disurvei menyampaikan bahwa terjadi peningkatan pesanan dan mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksinya sehingga menjadi nan tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Selain itu, peningkatan produksi ini pun menjadi titik kembali perusahaan dalam peningkatan tenaga kerja. Dalam perihal ini, laju peningkatan tenaga kerja pada Januari 2025 menjadi nan tertinggi pada dua tahun terakhir, sebagai langkah dalam memenuhi permintaan.
Berbagai perusahaan optimis atas kondisi permintaan di sektor manufaktur dalam satu tahun ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Saham Konglomerat Banyak Diburu, Hati-Hati Rawan Longsor!
Next Article IHSG Dibuka Loyo Lagi, BREN Masih Jadi Pemberat