ARTICLE AD BOX
Wakil Presiden Gibran Rakabuming menjadi sorotan setelah sebuah momen viral di media sosial menunjukkan dirinya dianggap tidak mampu menjawab pertanyaan dari seorang siswi berusia 16 tahun. Peristiwa ini memicu perbandingan antara Gibran dan mantan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di kalangan netizen.
Dalam video yang beredar di platform X, Gibran terlihat menghadiri perayaan Natal di sebuah gereja di kawasan Jakarta Pusat. Pada kesempatan itu, seorang siswi kelas XI IPS mengajukan pertanyaan sederhana namun bermakna tentang rencana dan target Gibran di tahun 2025.
“Saya kelas XI IPS, saya ingin bertanya kepada Pak Gibran. Apa target pencapaian Pak Gibran pada tahun 2025?” tanya siswi tersebut.
Gibran memberikan jawaban lugas, tetapi menurut sebagian warganet, respons tersebut dinilai tidak menjawab esensi pertanyaan yang diajukan. Hal ini memicu beragam reaksi di media sosial, termasuk perbandingan dengan kinerja Ma’ruf Amin selama menjabat sebagai Wakil Presiden.
Seorang pengguna media sosial dengan akun @nozelism mengomentari perbedaan tersebut. Ia menyebutkan bahwa meskipun Ma’ruf Amin kerap dijuluki sebagai “wapres AFK” – istilah yang diambil dari dunia game untuk menyebut pemain yang sering tidak aktif – mantan wapres tersebut tetap dikenal aktif dalam berbagai forum berbobot.
Pak Ma'ruf Amin meskipun sering dikatain wapres AFK atau wapres NPC mah in reality sering hadir dan menjadi pembicara di acara2 berbobot. Lah emgnya si G word ditanyain bocil 16 tahun aja gabisa jawab 😂
— Nozel (@nozelism) December 26, 2024“Pak Ma’ruf Amin meskipun sering dikatain wapres AFK atau wapres NPC, kenyataannya sering hadir dan menjadi pembicara di acara-acara berbobot. Lah, emangnya si G word ditanyain bocil 16 tahun aja gak bisa jawab,” tulisnya.
Netizen lain juga ikut menanggapi perbandingan ini. “Sebenarnya beliau gak AFK-AFK amat, cuma emang jarang aja beritanya kalau lagi blusukan (gak nyari muka),” ujar salah satu pengguna.
Komentar lainnya menyoroti perbedaan gaya kepemimpinan antara kedua tokoh. “Kasihan beliau gak dikasih kesempatan ‘tampil’,” tulis seorang netizen, merujuk pada minimnya liputan media terhadap aktivitas Ma’ruf Amin. Namun, ada pula yang menilai bahwa Gibran sebagai Wakil Presiden merupakan sebuah “penurunan” kualitas.
“Downgrade parah emang, malu banget gak sih wapresnya modelan begitu?” tulis akun lain dengan nada sarkastik.
Insiden ini menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap pemimpin publik, terutama di era digital, semakin tinggi. Setiap tindakan dan pernyataan mudah disorot dan dibandingkan, sehingga pejabat publik harus semakin berhati-hati dalam menyampaikan pandangan maupun menjawab pertanyaan yang tampaknya sederhana, namun penuh makna. Seiring berjalannya waktu, penilaian terhadap kinerja Gibran sebagai Wakil Presiden tentu akan terus menjadi bahan diskusi masyarakat.