Kisah Senyap Para Peneliti Penjaga Sesar Baribis: Kita Jangan Pernah Terlena  

Sedang Trending 2 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

pendapatsaya.com, Jakarta Sonny Aribowo, Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendedikasikan hidupnya untuk menguak rahasia garis patahan gempa nan tertanam di bawah Jakarta. Dia memilih jalan nan jarang ditempuh banyak orang. Dia memburu sesar aktif di antara lipatan bumi nan bisu. 

Sejak 2018, Sonny dan tim menelusuri jalur sesar Baribis. Berteman kesunyian, menantang medan berat, hingga keterbatasan data. Tujuannya mulia, memahami akibat nan tersembunyi di bawah kaki jutaan orang.

Sesar Baribis, jalur patahannya jarang terdengar dalam percakapan publik sehari-hari. Namun di kembali senyapnya, Sesar Baribis menyimpan potensi gempa nan bisa menggetarkan pulau Jawa. 

Ketertarikannya menyusuri Sesar Baribis berasal dari sebuah obrolan dengan salah satu gurunya nan saat ini juga merupakan seorang peneliti mahir di BRIN, Danny Hilman Natawidjaja. Danny cukup popular sebagai seorang mahir pengetahuan bumi dan seismologi terkemuka di Tanah Air. Namanya dikenal sebagai seorang peneliti sesar aktif termasuk Sesar Sumatera hingga Patahan Palu-Koro.

Kala itu, Sonny bakal mendaftar danasiwa lewat jalur Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di Universitas Grenoble Alpes (UGA), Prancis pada 2017. Topik disertasi Sonny sebenarnya tidak berangkaian dengan Sesar Baribis. Namun, obrolan dengan Danny Hilman mengubah arah perjalanan akademiknya.

"Prof Danny menyarankan gimana jika kita teliti ini Baribis-Kendang ini? Karena jalurnya melewati kota-kota besar seperti Jakarta, kemudian ke arah timurnya lagi itu Cirebon, hingga Semarang dan Surabaya," kata Sonny kepada pendapatsaya.com, Rabu (28/8/2025).

Sejak saat itu, Sonny berbareng timnya memulai serangkaian penelitian lapangan. Pada 2018, dia berasosiasi dalam ekspedisi Sesar Baribis, Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGen) nan berada di Bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Dari situ, petualangan panjangnya dimulai.

Temuan Penting

Tepatnya pada 2019, Sonny dan tim menjalankan penelitian di area Majalengka, Purwakarta, Karawang, Depok, dan Bogor. Dukungan pendanaan dari LPDP, Rumah Program Kebencanaan, dan PuSGeN.

Rupanya, menyelidiki sesar bukan perkara mudah. Banyak bagiannya terkubur sedimen, tertutup vegetasi, alias terhapus oleh pembangunan. Sonny memulai penelitian dengan menganalisis morfologi menggunakan info Digital Elevation Model Nasional (Demnas) dan teknologi drone UAV untuk membikin model elevasi detail. 

Temuan awal Sonny mengarah pada gangguan sedimen nan menandakan adanya aktivitas sesar. Salah satu kunci identifikasinya adalah pada perubahan posisi lapisan tanah seperti kue lapis nan tiba-tiba bergeser akibat tekanan.

Langkah berikutnya dilakukan survei geofisika dangkal, memanfaatkan metode geolistrik dan Ground Penetrating Radar (GPR) untuk mendeteksi struktur bawah permukaan. Usai letak nan dicurigai semakin sempit baru lah dilakukan penggalian untuk paleoseismologi, ialah mengambil sampel endapan guna menentukan umur pergeseran patahan.

Hasilnya mengejutkan, endapan termuda nan terganggu oleh patahan berumur sekitar 6.000 tahun. Ini menjadi penanda bahwa Sesar Baribis pernah bergerak beberapa kali dalam 50.000 tahun terakhir, dengan setidaknya lima kali gempa signifikan.

Meneliti Sesar Baribis-Kendeng bukan tanpa hambatan. Kala itu, tak banyak rujukan nan dia dan tim dapat gunakan ketika melakukan riset terhadap Sesar Baribis.

"Penelitian sesar aktif di Indonesia dulu jarang dilakukan. Dunia pengetahuan bumi lebih konsentrasi ke minyak dan gas. Baribis pun jarang gempa besar, pergerakannya lambat, jadi lama dianggap tidak aktif,” ujarnya.

Selain itu, medan penelitian juga sulit, terutama di area padat masyarakat seperti di wilayah Jabodetabek. Bentang alam nan sudah banyak berubah lantaran urbanisasi juga membikin indikasi pengetahuan bumi original susah ditemukan.

Sonny dan tim juga kudu menyusuri sungai-sungai besar seperti Ciliwung, Cisadane, Cikeas, hingga Cibeet hanya untuk mencari teras sungai nan terangkat akibat aktivitas tektonik.

Misi Pencegahan

Penelitian Sonny dan tim berbuah manis. Pada 2022 tulisan dengan titel Active Back-arc Thrust in North West Java, Indonesia alias Sesar Aktif Busur Belakang Pulau Jawa, hasil penelitian Sonny terbit di jurnal ilmiah internasional, Tectonics.

Adapun Back-arc Thrust adalah nama ilmiah lain untuk sistem Sesar Baribis. Dalam penelitian itu, Sonny dan kawan-kawan menyebut bahwa Sesar Baribis termasuk satu dari 12 segmen sesar nan membentang di belakang gunung api utara pulau Jawa bagian barat.

Kendati gempa besar imbas aktivitas Sesar Baribis tercatat hanya pernah terjadi di masa lampau, menurut Sonny, gempa berkekuatan Magnitudo 4,7 nan mengguncang Bekasi, Karawang hingga Purwakarta merupakan gempa nan berasal dari salah satu segmen Java Back-arc Thrust.

"Kita tetap terus memonitoring lantaran beberapa hari ini ada gempa-gempa mini juga nan tetap terus berlangsung. Kalau kita plot letak gempanya itu sumber nan paling masuk logika adalah Sesar Java Back-arc Thrust ini, segmen Citarung," katanya.

Bagi Sonny, temuan riset nan dilakukan bukan sekadar info ilmiah, melainkan juga sebuah misi mitigasi. Tujuannya agar pemerintah dan masyarakat memahami akibat nan mengintai wilayah rawan gempa di Indonesia. Prioritas utama, edukasi mitigasi mulai dari standar gedung hingga kesiapsiagaan warga.

“Kita hidup di jalur rawan bencana. Mitigasi kudu ditanamkan sejak dini, agar kita sadar dan siap,” katanya.

Para peneliti seperti Sonny Aribowo memastikan kita tidak terlena. Sebab di kembali kesunyian itu, sejarah bumi sedang menulis ulang babak berikutnya. Dan kita, manusia, kudu belajar membacanya sebelum terlambat.

Selengkapnya