Mengenal Selat Bali, Tempat Kmp Tunu Pratama Jaya Tenggelam

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, pendapatsaya.com --

Selat Bali menjadi episentrum pemberitaan dan perhatian nasional pada pekan ini setelah KMP Tunu Pratama Jaya pada Rabu (2/7) tengah malam lalu.

Operasi pencarian dan pengamanan (SAR) campuran pun tetap dilakukan hingga hari kedua pascakejadian, Jumat (4/7) ini.

Selat Bali menjadi pemisah alam antara dua pulau besar di Indonesia ialah Jawa dan Bali, mempunyai peran strategis nan tidak hanya krusial secara geografis, tetapi juga dari sisi transportasi, ekonomi, hingga pariwisata.

Selat ini menghubungkan langsung Pulau Jawa bagian timur dengan Pulau Bali bagian barat, menjadikannya jalur laut vital bagi mobilitas masyarakat maupun pengedaran logistik antarpulau.

Mengutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, perairan ini menjadi salah satu pemisah wilayah Provinsi Bali di wilayah barat.

Secara geografis, Selat Bali mempunyai lebar maksimal mencapai 82 kilometer dengan kedalaman rata-rata antara 50 hingga 60 meter.

Selat ini menghubungkan dua pelabuhan utama ialah Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi (Jawa Timur) dan Pelabuhan Gilimanuk di Jembrana (Bali). Keduanya menjadi titik sentral penyeberangan bagi ribuan kendaraan dan penumpang setiap harinya.

Selain dua pelabuhan besar tersebut, area Selat Bali juga mempunyai pelabuhan rakyat seperti Pelabuhan Ikan Muncar di Banyuwangi. Pelabuhan ini dikenal sebagai salah satu pusat pengalengan ikan terbesar di Indonesia.

Di sisi pariwisata, beberapa titik nan terkenal dari perairan Selat Bali di antaranya Bangsring Underwater (Bunder) nan terletak di Desa Bangsring, Banyuwangi, serta Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan nan merupakan bagian dari Taman Nasional Bali Barat.

Pantai-pantai di sekitar Selat Bali juga turut memperkaya potensi wisata di wilayah ini. Di sisi Banyuwangi, sejumlah pantai seperti Pantai Watu Dodol, Pantai Boom, Pantai Cacalan, Pantai Solong, Pantai Cemara, Pantai Sobo, Pantai Kampe, Pantai Blimbingsari, Pulau Santen, dan Pantai Muncar menawarkan lanskap nan beragam.

Sementara itu, di sisi Bali, terdapat Pantai Gilimanuk dan Pulau Menjangan nan masuk dalam area konservasi.

Namun, di kembali segala pesonanya, Selat Bali juga menyimpan sisi kelam nan cukup berbahaya. Arus laut di selat ini terkenal sangat kuat dan berubah-ubah. Ditambah dengan aspek cuaca ekstrem seperti angin kencang dan ombak tinggi, perairan ini kerap menjadi letak kecelakaan laut nan merenggut nyawa.

Sejumlah kejadian tragis pernah terjadi di Selat Bali. Salah satu nan paling menghebohkan adalah tenggelamnya KMP Yunicee pada 2021.

Peristiwa serupa juga menimpa KMP Gerbang Samudra 2, KMP Agung Samudra IX, dan terbaru adalah KMP Tunu Pratama Jaya pada tahun 2025. Insiden-insiden ini menggarisbawahi pentingnya perhatian serius terhadap keselamatan pelayaran di Selat Bali.

Merujuk pada Sistem Informasi Batimetri Nasional (SIBATNAS), kedalaman dan topografi Selat Bali beragam di mana di bagian selatannya adalah nan terdalam sekitar 200 meter. Sementara itu, bagian utaranya lebih dangkal.

Selat itu disebut secara pengetahuan bumi terbentuk sebagai hasil dari aktivitas tektonik nan memisahkan Pulau Jawa dan Bali jutaan tahun nan lalu. Proses terbentuknya selat itu adalah saat lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia saling bertumbukan sehingga menyebabkan pergeseran tanah.

Secara geologi, Selat Bali tidak mempunyai 'palung' dalam pengertian cekungan laut nan sangat dalam seperti palung samudra. Namun, perairan Selat Bali mempunyai ragam kedalaman nan signifikan dan sering disebut sebagai 'cekungan' alias wilayah dalam.

Dengan posisi nan krusial sebagai jalur penghubung dua pulau besar, Selat Bali mempunyai peran krusial dalam kehidupan masyarakat dan ekonomi daerah. Namun demikian, kondisi alam nan penuh akibat menuntut pengelolaan nan ketat, termasuk prasarana pelabuhan, armada kapal, serta sistem peringatan awal untuk cuaca ekstrem.

Operasi SAR KMP Tunu

Sementara itu, Tim SAR campuran mendeteksi objek di bawah laut nan diduga kuat sebagai buntang KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali dalam operasi pencarian dan pengamanan (SAR) hari ketiga, Sabtu (5/7).

Kapal nan tenggelam tengah pekan ini disebut berada pada kedalaman 40-50 meter laut Selat Bali. Hal itu merupakan penemuan bawah air melalui gambaran sonar Dinas Navigasi Kementerian Perhubungan.

"Di titik letak mereka bisa mengidentifikasi adanya objek di bawah air nan patut diduga bahwa itu adalah kapal nan kita cari," kata Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu malam.

Ribut mengatakan dari info itu, letak KMP Tunu Pratama Jaya disebut mengalami pergeseran sekitar 1-2 mil laut (nautical mile) ke arah utara dari posisi terakhir kapal alias last known position (LKP). Titik ditemukannya berbeda dari arah penemuan korban nan terbawa arus ke selatan.

"Dari last known position (LKP) sampai ke titik datum itu berjarak antara 1-2 nautical mile pergeseran, di mana ini adalah ke arah utara. Sementara korban banyak kita ketemukan saat kejadian terbawa arus ke selatan," ucapnya.

Selain itu, dari hasil identifikasi sementara, corak objek tersebut mempunyai dimensi panjang dan lebar nan nyaris sebanding, alias bisa dikatakan konsisten identik dengan corak KMP Tunu Pratama Jaya.

"Dari hasil identifikasi info nan kita dapatkan sore hari ini, spesifikasi corak barang di bawah air panjang dan lebar nyaris berbarengan [sama dengan KMP Tunu Pratama Jaya]," ucap Ribut.

"Masih di kedalaman antara 40 sampai 50 [meter]," tambahnya.

Namun, kata Ribut, temuan ini tetap perlu dikonfirmasi ulang oleh KRI Fanildo milik TNI AL. Pasalnya, KRI Fanildo nan dikirim ke letak pada Sabtu malam kemarin dilengkapi dengan teknologi dan peralatan pencarian bawah laut nan lebih canggih.

KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam dalam pelayaran dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali Rabu (2/7) tengah malam.

Petugas jaga Syahbandar memandang kapal tenggelam sekitar Pukul 23.35 WIB. Posisi terakhir kapal terlihat di perairan Selat Bali pada koordinat _8° 9'32.35"S 114°25'6.38_.

Hingga Sabtu (5/7) petang, dari total 65 penumpang dan awak kapal KMP Tunu Pratama Jaya nan tercatat dalam manifest, sebanyak 36 orang di antaranya sudah ditemukan.

Dari 36 korban nan ditemukan, 6 orang di antaranya dalam kondisi meninggal dunia, kemudian 30 orang selamat. Sedangkan 29 orang lainnya tetap dalam pencarian.

Sementara itu dalam dua hari terakhir operasi pencarian, tim SAR campuran belum menemukan korban lain, baik nan selamat maupun meninggal dunia.

(kay/kid)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya