Wabah Pmk Kembali Melanda Boyolali: 32 Sapi Terinfeksi, Peternak Diminta Waspada

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi kembali menjadi perhatian di Boyolali. Sejak Oktober 2024, jumlah kasus PMK terus meningkat. Hingga 27 Desember 2024, sebanyak 32 ekor sapi dilaporkan terjangkit penyakit ini. Informasi tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, pada Minggu (29/12/2024).

"Iya, sejak Oktober lalu. Per 27 Desember, data yang masuk ada 32 sapi yang terjangkit PMK," ujar Lusia saat ditemui di sela rapat paripurna Hari Jadi ke-74 DPRD Boyolali.

Kasus PMK tersebar di beberapa wilayah, antara lain Kecamatan Andong, Simo, Sambi, dan Wonosegoro. Selain itu, di Kecamatan Musuk juga dilaporkan ada sapi yang terkena PMK meskipun belum tercatat secara resmi. Dari 32 kasus yang terdeteksi, lima ekor sapi telah mati, semuanya merupakan sapi potong. Tiga ekor berasal dari Kecamatan Andong, tepatnya di Desa Munggur dan Desa Beji, sementara dua ekor lainnya berada di Desa Jatisari, Kecamatan Sambi.

"Ada lima ekor sapi yang mati," kata Lusia, menambahkan bahwa sumber utama penularan PMK adalah aktivitas lalu lintas hewan. Meskipun program vaksinasi telah dilaksanakan sebelumnya, sapi yang terlihat sehat namun sedang dalam masa inkubasi bisa menjadi penyebab penyebaran virus.

Lusia juga menjelaskan bahwa curah hujan yang tinggi turut mempercepat penyebaran virus PMK. Untuk mengantisipasi, pihaknya mengambil sejumlah langkah, termasuk vaksinasi, pengawasan pasar hewan, dan pengobatan sapi yang terinfeksi. Disnakan Boyolali baru saja menerima 50 botol vaksin PMK untuk 1.200 dosis yang akan disuntikkan secara bertahap di wilayah terdampak, dimulai dari Kecamatan Musuk.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Puskeswan untuk memperketat pengawasan di pasar hewan. Selain itu, obat-obatan juga diberikan kepada ternak yang dilaporkan terinfeksi," jelasnya.

Sementara itu, anggota DPRD Boyolali, Atok Suyoto, menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya kasus PMK ini. Ia menyoroti pentingnya tindakan pengendalian yang tegas, seperti yang dilakukan pada 2022, termasuk penutupan pasar hewan, pelacakan, dan karantina terhadap ternak terinfeksi.

"Jika diperlukan, pasar hewan perlu ditutup sementara. Edukasi kepada masyarakat juga harus terus ditingkatkan, terutama untuk menghindari pembelian sapi dengan harga jauh di bawah pasar," ungkap Atok.

Atok juga menekankan perlunya kolaborasi antara peternak, pedagang, dan pemerintah untuk memastikan pengendalian PMK berjalan efektif, sehingga dapat mencegah kerugian yang lebih besar di sektor peternakan.

Artikel Terkait