Analisis Penyebab Ihsg Ambruk Hingga 3% Lebih

Sedang Trending 5 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Dibuka melemah signifikan, melanjutkan tindakan koreksi dalam nan juga terjadi pada perdagangan hari sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (7/2/2025), IHSG dibuka langsung ambruk 2% lebih dan sempat turun lebih dalam hingga terkoreksi 3,18% ke 6.656,72. Total transaksi tercatat mencapai Rp 2,73 triliun nan melibatkan 29 miliar saham dan ditransaksikan 227 ribu kali.

Ambruknya IHSG masih didorong oleh tingginya tindakan jual asing pada sejumlah emiten blue chip RI, termasuk emiten perbankan. Meski demikian, pelemahan terbesar IHSG hari ini paling utama lantaran ambruknya kinerja saham-saham milik taipan Prajogo Pangestu.

Tercatat, seluruh sektor perdagangan bursa bergerak di area merah.

Saham milik taipan terkaya RI Prajogo Pangestu, Barito Renewables (BREN), terpantau ambruk 19,94% dan sudah menyentuh ARB di awal sesi I hari ini ke posisi Rp 7.025/unit. 

Tak tanggung-tanggung, saham BREN juga membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal sesi I hari ini, ialah mencapai 66,4 indeks poin alias menjadi biang kerok lebih dari 1% pelemahan IHSG.

Kemudian ada emiten Prajogo lain ialah Chandra Asri Pacific (TPIA) nan membebani 20 poin indeks alias berkontribusi atas 0,3% pelemahan IHSG.

Tiga emiten Prajogo lainnya yakni Barito Pacific (BRPT), Petrosea (PTRO) dan Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) juga masuk dalam 10 saham pemberat keahlian IHSG dengan masing-masing berkontribusi atas penurunan 12, 5 dan 4 indeks poin.

Kilau Saham Prajogo Redup

Ambruknya saham BREN terjadi adanya berita bahwa Morgan Stanley Capital International tidak bakal memasukan tiga emiten konglomerasi Prajogo Pangestu ke dalam indeks MSCI Investable Market pada review Februari 2025.

Adapun salah satunya ialah BREN. Selain BREN, ada PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN.

Hal ini lantaran setelah kajian dan masukan, ditemukan hambatan investibility di ketiga saham tersebut. MSCI bakal meninjau kembali kepantasan saham-saham tersebut sebagai bagian dari tinjauan indeks di masa mendatang dan bakal memberikan komunikasi lebih lanjut sesuai kebutuhan.

Sebelumnya, rebalancing atau kocok ulang indeks MSCI bakal diumumkan pada 12 Februari mendatang. Rumor beredar bakal ada tiga saham konglomerat masuk, di mana salah satunya ialah BREN.

Indeks MSCI kerap menjadi referensi penanammodal asing untuk investasi di negara-negara tertentu, termasuk emerging market seperti Indonesia.

Dalam setahun, mereka melakukan kocok ulang ini empat kali, ialah pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.

Kabar pasar saat ini tengah ramai diperbincangkan soal tiga saham konglomerat nan bakal masuk jadi jejeran konstituen MSCI Indonesia Large-Cap.

Sebenarnya, rumor tiga saham itu masuk MSCI sudah dari lama. Apalagi, untuk BREN ini menjadi nan kedua kalinya lantaran sebelumnya kandas masuk ke indeks FTSE gara-gara dinilai tidak memenuhi syarat free float.

Hal ini lantaran BREN tidak masuk karena dinilai tidak memenuhi syarat free float minimal 5%.

Waktu itu, FTSE menilai 97% jumlah saham beredar BREN tetap terkonsentrasi pada empat pemegang saham. Namun, perihal tersebut akhirnya disanggah oleh pihak manajemen BREN dan meminta pihak FTSE Russell untuk mencabut pernyataan tersebut dan mengeluarkan klarifikasi.

Asing Masih Ogah Tanam Dana

Selanjutnya pelemahan IHSG juga diperparah oleh kaburnya dana asing dari pasar modal RI. Tercatat asing kembali mencatatkan tindakan jual (net sell) hingga Rp 2,3 triliun pada perdagangan kemarin.

Aksi jual di pasar modal terjadi seiring dengan laporan keahlian finansial perbankan nan kurang optimal dengan pertumbuhan untung sangat tipis dan diiringi dengan biaya dana nan semakin membengkak imbas persaingan likuiditas selama pengetatan kondisi moneter.

Sejumlah analis menunjuk, keahlian perbankan nan tidak sesuai angan juga diperparah dengan nilai tukar nan diperkirakan tetap belum bakal membaik dalam waktu dekat, sehingga potensi untung bagi penanammodal asing semakin terpangkas. Terlebih lagi, kenaikan saham juga diprediksi oleh banyak bakal akan cukup terbatas untuk tahun ini.

kemarin, penanammodal asing tercatat melakukan penjualan bersih jumbo sebesar Rp2,34 triliun di seluruh pasar dan sebesar Rp2,38 triliun di pasar reguler. Sedangkan di pasar negosiasi, asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp40 miliar.

Adapun saham-saham apa saja nan paling ramai dilego asing  kemarin adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebesar Rp1,39 triliun dan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar Rp490,72 miliar.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Menilik Prospek Saham Prajogo Pangestu di 2025

Next Article IHSG Dibuka Ambles, Turun ke Level 7.335

Selengkapnya